Sebenarnya sudah sejak 3 tahun lalu saya tahu mengenai menstrual cup dan sudah satu tahun maju-mundur cantik mau menggunakannya. Hanya saja, ketika itu saya masih merasa ngilu membayangkan memasukkan sesuatu yang terpasang dalam waktu lama dalam tubuh karena saya belum pernah memakai tampon.
Selama lebih dari setengah usia saya, saya selalu menggunakan pembalut sekali pakai. Kalau dihitung entah sudah berapa banyak jumlahnya. Hingga akhirnya, pada bulan Maret saya mengikuti lomba dengan tema circular economy dan fokus pada sampah plastik. Saya dan kawan satu tim saya memilih fokus pada limbah popok dan pembalut. Barulah saya semakin yakin menggunakan menstrual cup, karena pembalut bisa menimbulkan banyak masalah dan hingga saat ini teknologi dan teknik untuk mengolahnya belum accessible, sehingga mau tidak mau masuk kategori sampah residu.
Saya juga merasa harus walk the talk, kalau peduli soal isu ini, saya juga harus berubah. Karena hijrah ke popok kain bagi saya masih sulit, maka saya fokus pada apa yang bisa saya lakukan sendiri. Maka dimulai lah perjalanan saya menggunakan menstrual cup.
Jika masih ragu menggunakan menstrual cup atau butuh ulasan mengenai produk menstrual cup lokal silakan lanjutkan membaca tulisan ini. Namun, mohon diingat, tulisan ini akan sedikit \’vulgar\’ dan TMI alias too much information agar lebih detail penjelasannya.
Continue reading “Adaptasi Kebiasaan Baru: Pakai Menstrual Cup!” →