Adaptasi Kebiasaan Baru: Pakai Menstrual Cup!

Sebenarnya sudah sejak 3 tahun lalu saya tahu mengenai menstrual cup dan sudah satu tahun maju-mundur cantik mau menggunakannya. Hanya saja, ketika itu saya masih merasa ngilu membayangkan memasukkan sesuatu yang terpasang dalam waktu lama dalam tubuh karena saya belum pernah memakai tampon.

Selama lebih dari setengah usia saya, saya selalu menggunakan pembalut sekali pakai. Kalau dihitung entah sudah berapa banyak jumlahnya. Hingga akhirnya, pada bulan Maret saya mengikuti lomba dengan tema circular economy dan fokus pada sampah plastik. Saya dan kawan satu tim saya memilih fokus pada limbah popok dan pembalut. Barulah saya semakin yakin menggunakan menstrual cup, karena pembalut bisa menimbulkan banyak masalah dan hingga saat ini teknologi dan teknik untuk mengolahnya belum accessible, sehingga mau tidak mau masuk kategori sampah residu.

Saya juga merasa harus walk the talk, kalau peduli soal isu ini, saya juga harus berubah. Karena hijrah ke popok kain bagi saya masih sulit, maka saya fokus pada apa yang bisa saya lakukan sendiri. Maka dimulai lah perjalanan saya menggunakan menstrual cup.

Jika masih ragu menggunakan menstrual cup atau butuh ulasan mengenai produk menstrual cup lokal silakan lanjutkan membaca tulisan ini. Namun, mohon diingat, tulisan ini akan sedikit \’vulgar\’ dan TMI alias too much information agar lebih detail penjelasannya.

Menstrual cup yang saya gunakan adalah produk lokal bernama \”Aloha!\”. Saya menemukan produk ini di salah satu marketplace saat sedang membaca review produk lain. Saya tertarik untuk membeli jujur saja karena kemasannya menggemaskan dan mereka menjual satuan maupun bundling ukuran besar dan kecil dengan harga lebih murah sehingga saya bisa membeli untuk adik juga.

\"Photo
Aloha! Menstrual cup. Gambar diambil dari akun Instagram resmi produk

Salah satu faktor yang membuat saya memilih cup ini selain karena harganya yang terjangkau adalah bentuk batangnya yang tumpul dan ada garis-garis di bagian bawah agar tidak licin saat dipegang. Silikonnya cukup tebal tapi sangat lembut. Di akun Instagramnya ada informasi lengkap penggunaan serta petunjuk pencuciannya. Produk ini masih di produksi di Tiongkok, namun batch selanjutnya akan di produksi di Indonesia. Keren, kan?

Hari Pertama
Sebenarnya ini bukan hari pertama haid, saya mencoba pakai ketika darah haid sudah lumayan banyak agar ada pelumas alami. Namun tetap saja, memasukkannya lumayan susah, saya mencoba punched down fold, tapi susah dipegang jadinya lepas dan terasa agak sakit. Lalu saya coba C-fold dan ternyata lebih gampang dikontrol dan lebih mudah untuk dimasukkan.

\"\"
Lipatan \”C\” yang saya gunakan. Gambar diambil dari Instagram @alohacup.id

Menstrual cup yang saya gunakan bahan silikonnya tebal dan firm sehingga cenderung gampang kembali ke bentuk semula saat sudah berada di dalam vagina. Menurut saya, ini fitur yang memudahkan para pemula. Saat cup dimasukkan langsung vakum dan dipakai 12 jam pun tidak tembus (tapi jangan ditiru, ya!).

Ketika dipakai tidur pun juga nyaman, justru malah lebih nyaman dan tidak terasa seperti menggunakan apa-apa. Kalau berdiri malah terasa ada yg mengganjal karena memang tidak semua bagian cup masuk. Entah karena serviksnya pendek atau memang belum mahir. Namun, saya tidak terlalu terganggu karena ujungnya tumpul dan lentur.

So far sangat nyaman karena tidak harus sering-sering ganti dan buang pembalut, tidak ada rasa gatal juga. Hanya saja belum terbiasa saat merasakan ada sensasi darah mengalir, tidak ada pembalut yang mengganjal di celana dalam jadinya merasa insecure, tapi saat dicek aman aja kok.

Waktu mau menguras agak susah, tidak bisa hanya dicubit ujung bawahnya, jari harus masuk ke dalam vagina untuk melepaskan suction-nya. Saat berhasil lepas, saya bisa mendengar suara seperti plop dan memang terasa. Saat dicabut keluar harus dicubit dan agak dilipat agar tidak sakit. Dan ternyata saat diambil agak licin, jadi saat menuangkan isinya, cupnya jatuh huhuhu. Sehingga saya cuci dua kali menggunakan sabun mandi cair dan disiram air panas baru kemudian digunakan lagi.

Hari Kedua
Ada bercak di celana dalam padahal cup belum penuh, entah karena posisinya sempat bergeser atau itu sisa yang ada di sekitar vagina dan belum terbasuh dengan sempurna. Mengeluarkannya lebih susah dan agak sakit, saat dimasukkan kembali pun posisinya jadi agak aneh, tapi lama kelamaan terbiasa lagi. Padahal awalnya merasa percaya diri akan sukses mulus lancar sejak siklus pertama karena hari pertama hampir tanpa hambatan. Ternyata tidak semudah itu, Markonah!

Hari Ketiga dan seterusnya
Darah lebih banyak sehingga harus bisa mengontrol tangan saat mengeluarkan cup agar darahnya tidak muncrat kemana-mana 😣. Namun semakin lama bisa semakin lancar. Practice makes perfect lah pokoknya. Walaupun terkadang masih ada bercak darah sedikit.

Hal yang paling penting memang get familiar and comfortable with your own body. Awalnya agak ngilu dan merasa aneh harus memasukkan jari ke dalam vagina to scoop out the menscup, tapi makin lama makin terbiasa. It might be even more challenging buat yg belum pernah sexual intercourse dan melahirkan.

Hari-hari selanjutnya, darah semakin sedikit sehingga bisa lebih jarang menguras cup-nya dan tidak ada hambatan berarti. Alhamdulillah.


Dari pengalaman selama sekitar seminggu menggunakan menstrual cup, pesan dan tips bagi yang ingin mencoba menggunakan adalah sebagai berikut:

  1. Get familiar and comfortable with your own body
    Bagi saya yang sexually active dan sudah melahirkan saja ini cukup sulit, karena memang sedari kecil tidak di-encourage mengenal anatomi organ intim selain di pelajaran biologi. Pendidikan seks pun bisa dibilang tidak ada. Selain itu, stigma dan mitos yang meliputi organ intim wanita menjadi penghambat yang nyata bagi seorang wanita mengenal organ intimnya.

    Namun tidak ada kata terlambat. Coba baca atau tonton banyak referensi, tonton testimoni dan pengalaman orang-orang yang sudah menggunakan mesncup. Hal ini bisa membantu kita untuk menemukan informasi dan menentukan titik awal kita mengenal dan merasa nyaman dengan organ intim kita sebelum akhirnya praktik.

    Saat mulai praktik, mulai pelan-pelan saja, tidak perlu terburu-buru. Take your time. Jangan berpikir harus bisa sejak pertama kali mencoba.

  2. Relax. Inhale. Exhale.
    Penting sekali untuk tetap rileks selama proses memasukkan menscup, karena kalau tegang vagina juga akan tegang dan lebih sulit untuk memasukkan menscup. Atur nafas selama prosesnya.

    Begitu pun saat proses mengeluarkannya. Bagi saya pribadi tahap ini yang lebih sulit, butuh jam terbang untuk bisa mahir dan meminimalisasi \’kekacauan\’ saat melepas cup dan membuang darahnya. Tekniknya juga harus benar. Jangan mendorong cup keluar, pokoknya pastikan untuk melepas suction-nya dengan mencubit bagian bawah cup, sehingga tidak vakum lagi dan mudah untuk ditarik.

  3. Fold and hold the cup correctly.
    Ada banyak teknik lipatan yang bisa digunakan, pilih yang paling nyaman dan paling mudah diatur grip-nya, jadi selama proses memasukkan cup bisa dipegang dengan mantap dan tidak terbuka sampai cupnya ada di dalam vagina.

  4. Educate yourself on feminine hygiene
    Sebetulnya, tidak terlalu beda jauh dengan pakem kebersihan pada umumnya, seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum memasukkan dan mengeluarkan cupnya, basuh vagina dengan baik dan keringkan sebelum memakai celana. Namun, kini harus ditambahkan juga informasi tentang membersihkan dan sterilisasi menscup, termasuk cara perawatannya. Jangan lupa untuk \’menguras\’ cup sekitar 4-6 jam sekali, tergantung flow darah saat itu.

    Ada banyak sekali artikel dan video yang bisa dijadikan referensi, namun coba baca petunjuk dari produsen cup yang digunakan terlebih dahulu, karena bisa jadi best practice tiap produk berbeda-beda.

    Kalau saya biasanya antara pemakaian saya cuci dengan sabun bayi kemudian dibilas dengan air hangat dari termos sebelum dimasukkan kembali. Pada setiap awal dan akhir siklus saya cuci dengan sabun dan rebus di air mendidih selama 3 menit. Di akhir siklus setelah direbus, cup dikeringkan dan disimpan dalam kantong berbahan katun yang disertakan saat membeli cup.

    Saya juga membeli menstrual cup steriliser pot, tetapi sepertinya itu lebih optimal digunakan sterilisasi menggunakan microwave. Jika merebus dengan panci biasa cukup gunakan perkakas dapur seperti alat pengocok telur (whisker) untuk menahan agar cup tidak bersentuhan langsung dengan panci. Namun, pot-nya masih bisa digunakan untuk sekedar merendam atau membilas cup dengan air panas di antara pemakaian.

  5. Educate yourself about pelvic floor exercise
    Perlu diakui, memang belum ada regulasi khusus yang mengatur protokol keamanan dalam penggunaan menstrual cup. Baik di Indonesia maupun negara-negara Eropa dan Amerika. Oleh karena itu masih ada perdebatan mengenai pengaruh penggunaan menstrual cup terhadap kesehatan dasar panggul atau pelvic floor.

    Dasar panggul adalah otot yang menahan organ-organ yang ada di panggul kita seperti rahim dan kandung kemih. Jika otot-otot dasar panggul kendur, seseorang bisa mengalami hernia. Nah, ada beberapa pemakai menstrual cup yang mengaku mengalami pelvic organ prolapse dan disarankan berhenti menggunakan menscup.

    Oleh karena itu, lebih aman jika melakukan pencegahan dengan melakukan teknik yang benar saat mengeluarkan menscup dan melakukan pelvic floor exercise seperti kegel.

Demikianlah adaptasi kebiasaan baru tambahan saya selama pandemi ini. Overall, saya sangat suka dan nyaman menggunakan menstrual cup. Meskipun tidak 100% mulus saat mencoba, ketika suami bertanya \”Kapok enggak pakai menstrual cup?\” Saya bisa jawab dengan yakin, \”Enggak tuh!\” 😉

#RBMIPJakarta
#Writober2020
#Adaptasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.