Novel Surat dari Lily merupakan karya dari teman saya Veramuna. Saya mengenal Vera sejak masih tahun pertama berkuliah di ITB. Ketika itu kami teman satu kamar di Asrama Putri ITB di Kanayakan. Meskipun kami berbeda fakultas, saya sering meminta Vera mengajari mata kuliah Kalkulus dan Fisika. Sejak dulu saya memang memiliki beberapa kesamaan dengan Vera, kami sama-sama menyukai komik Jepang dan juga band Linkin Park. Namun saya tidak pernah tahu bahwa Vera senang menulis cerita fiksi.
Rupanya, memang hobinya sempat terhenti dan baru dimulai kembali sekitar tahun 2019. Saya sudah beberapa kali membaca karya Vera yang sering berseliweran di linimasa Facebook. Ceritanya menarik, idenya segar, tetapi juga relatable. Mungkin karena kami seumuran dan memiliki background yang mirip.
Hal itu juga yang saya rasakan ketika membaca novel perdana Vera, Surat dari Lily. Ceritanya begitu dekat di hati dan tidak sulit membayangkan latar belakang dari tiap karakter karena banyak saya temui di lingkungan sekitar saya. Meski demikian hal tersebut tidak menjadikan buku ini membosankan, malahan saya jadi lebih menikmati membacanya. Apalagi tulisannya begitu apik dan terasa begitu mengalir.
Sinopsis novel ini seperti menyiratkan bahwa buku ini bergenre misteri, tetapi menurut saya ini lebih tepat disebut drama. Meskipun konfliknya cukup membuat penasaran dan bertanya-tanya sampai menjelang akhir bab. Lebih spesifik lagi, novel ini bisa disebut memiliki genre heartwarming karena memiliki tema persahabatan yang mengharukan.
Surat dari Lily ini menceritakan peristiwa setelah kematian Lily yang terjadi secara tiba-tiba. Kejadian ini mengejutkan sahabat-sahabat terdekatnya. Persahabatan mereka sudah terjalin sejak masih duduk di bangku kuliah. Meskipun berteman dekat, tidak ada satu pun dari mereka yang mengetahui secara pasti sebab kematian Lily. Oleh karena itu, ketika ada berbagai kejadian aneh muncul setelah kematian Lily, mereka bertekad mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Lily.
Buku ini terasa begitu dekat di hati karena menceritakan persahabatan di usia 25-30an, yang sudah sibuk dengan urusan, mimpi, dan keluarga masing-masing. Saat lingkaran pertemanan semakin mengecil dan hanya segelintir orang yang benar-benar berinteraksi secara intens. Apalagi jaraknya pun berjauhan sehingga interaksi sebagian besar dilakukan secara daring.
Masing-masing karakter digambarkan memiliki struggle masing-masing, meskipun tidak terlalu detail. Mereka tetap saling mendukung dengan caranya masing-masing, walaupun mungkin belum sempurna dan optimal karena kendala jarak dan kesibukan. Persahabatan mereka adalah sesuatu yang saya sebut low maintenance relationship, I mean it in a positive way, of course. Maksudnya adalah mereka tidak perlu rutin bertemu atau berinteraksi tapi selalu ada untuk satu sama lain ketika dibutuhkan. Jauh di mata dekat di hati.
Namun selalu ada hal yang bisa dipelajari dari pertemanan mereka, terutama dari Lily. Lily adalah seseorang yang tertutup dan cenderung jadi pendengar bagi teman-temannya dan jarang mengeluh. Akibatnya, teman-temannya tidak tahu kesusahan yang dialami oleh Lily. Lily juga agak kesulitan mengutarakan isi hatinya pada teman-temannya. Untungnya Lily menuliskannya dalam surat serta buku diary yang sampai pada teman-temannya setelah kematiannya.
Lily mengingatkan saya untuk lebih terbuka terhadap perasaan saya dan lebih generous mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih saya terhadap orang yang saya sayangi. Jangan sampai mereka tahu ketika saya sudah meninggal.
Buku ini ringan, mudah dibaca, tidak menguras emosi dan jiwa, and it will give you warm and fuzzy feelings right after because of the beautiful friendship depicted in the book. Highly recommended for your me time and casual reading session. Bukunya bisa dipesan melalui penerbitnya maupun penulisnya di @veramunarisqyana.
2 thoughts on ““Surat dari Lily” : Novel Hangat Tentang Sahabat”