Belajar Yoga Buat Si Mager

Sebelum dihujat dan diprotes warganet, saya mau disclaimer dulu nih. Judulnya memang misleading, tetapi tulisan ini sama sekali bukan untuk mendukung anggapan bahwa kalau yoga itu enggak keringetan dan enggak capek, kurang berasa olahraga. Not at all. Let me tell you my background story…

Background Story

Saya dari dulu tuh anaknya mager alias males gerak, tipikal anak nerd di keluarga yang lagi mati lampu pun maksain baca novel pakai senter. Enggak semangat ikut olahraga apapun kecuali berenang itupun cuma kecipak kecipuk main air. Baru bisa berenang dengan benar usia 29 tahun 😂😂.

Padahal kayanya hampir semua anggota keluarga saya suka suatu jenis olahraga, meskipun enggak semuanya aktif dan fit. Mamah saya suka bermain voli sama ibu-ibu komplek, adik saya main basket dan futsal, kakak saya juga suka futsal. Almarhum Kakek suka bermain tenis, almarhumah Nenek saya bahkan atlet semasa SMA dan masih sering bermain badminton juga tennis sebelum sakit.

Olahraga saya cuma selevel main kucing-kucingan sama temen komplek jaman masih SD. Setelah itu saya tidak pernah engage olahraga apapun. Waktu kuliah sok-sokan ikutan capoeira karena keren, baru beberapa kali latihan menyerah. Dah lah. Saya juga merasa enggak ada tuntutan buat olahraga karena badan saya sangat kurus. Waktu itu mindsetnya kalau olahraga buat jaga berat badan aja hadeh.

Bukannya enggak pernah nyoba juga, waktu itu sempat jadi member gym sama suami, tetapi saya malah cuma jadi donatur, lebih memilih tidur lagi padahal suami rajin berangkat hampir tiap pagi. Coba senam-senam, coba Zumba, diajak aerobik juga sama kakak ipar, enggak ada yang semangatnya menetap, maleees aja bawaannya.

Sampai suatu ketika saya teracuni seorang teman yang sering pos kegiatan yoga daring. Wow menarik nih, mumpung lagi pandemi, memang enggak bisa ikutan di sanggar atau studio. Mumpung ada promo juga, daftarlah kelas yoga. Alhamdulillah meskipun sempat vakum pas kabur ke Bali, saya masih semangat belajar yoga.

Waktu ada Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog tentang hal yang ingin dipelajari, saya langsung kepikiran nulis soal belajar yoga. Karena untuk pertama kalinya saya bisa jatuh cinta sama olahraga, yaitu yoga. Rela babak belur, memar-memar, nontonin video Youtube sampai feed isinya banyakan video yoga daripada Kpop dan mukbang. Sungguh sebuah prestasi kalau buat Laksita. Pokoknya saya ada di tahap rookie norak yang berbinar-binar membicarakan yoga padahal ya masih di level intermediate wkwk.

Setelah saya telaah, ada beberapa hal yang bikin saya suka belajar yoga. Sebenarnya sih harusnya ini berlaku di olahraga apapun ya, atau bahkan ketika belajar apapun, tetapi saya paling merasakannya ketika belajar yoga makanya saya ketagihan.

Why I Love Yoga

1. Sense of Progress

Dibandingkan dengan olahraga lain yang saya coba, saya paling merasakan sense of progress ketika belajar yoga. Dari yang awalnya enggak nyaman, lama-lama jadi nyaman, tadinya enggak kuat lama-lama jadi kuat. Saya dituntut untuk melakukan yang terbaik kalau mau dapat efek yang maksimal.

2. Bisa Untuk Semua Orang

Meskipun dituntut untuk melakukan yang terbaik, terbaiknya ini juga menurut versi masing-masing. Starting point setiap orang berbeda-beda dan itu tidak apa-apa. Kalau ikut kelas, saya bisa melihat berbagai macam orang dengan beragam bentuk tubuh, potensi, dan kekurangan masing-masing. And I think that’s beautiful!

Kalau ada yang bilang, ah kalau mau gerakan yoga mah susah kali ya kalau badannya gemuk. Sama sekali tidak. Soalnya kita latihan dengan mengangkat beban tubuh sendiri ya lama-lama akan kuat juga. Meskipun tentu saja ada yang punya keunggulan kalau punya bentuk tubuh tertentu. Misalnya tubuhnya tinggi, tangan dan kakinya jenjang, jadi lebih mudah menjangkau bagian tubuh yang lain. Namun itu justru bagian dari potensi yang kita bawa.

women performing yoga on green grass near trees
Yoga bisa dilakukan segala usia dengan berbagai bentuk tubuh (Photo by Rui Dias on Pexels.com)

3. Detail is Important

Ini preferensi personal sih karena saya termasuk orang yang suka memperhatikan detail dan di setiap gerakan yoga ada banyak detail yang harus diperhatikan dan harus berkesadaran (mindful) di setiap gerakan. Hal ini penting supaya manfaat yang didapat maksimal juga untuk menghindari cedera. Mulai dari bernafas, angle, posisi tangan dan kaki, otot yang harus diaktifkan. arah pandangan dan sebagainya.

4. Mengenali dan Menerima Kekurangan Diri

Dalam yoga dikenal filosofi “sthira sukham asanam” atau comfortable steadiness, menurut guru yoga saya, maksudnya adalah ketika melakukan asana atau gerakan yoga itu harus kokoh, kuat, stabil, dan nyaman. Artinya ketika melakukan yoga kita tidak boleh merasa sakit atau kehabisan nafas meskipun sedang menantang tubuh kita di luar zona nyaman. Gimana caranya?

Dengan mengenali dan menerima kekurangan kita. Kalau kata guru saya lagi, harus bisa membedakan mana sakit, mana pegal. Kalau pegal, tahan, nanti akan semakin kuat. Kalau sakit, berhenti. Kita juga jadinya tidak boleh egois dan ambisius ingin melakukan pose ini dan itu kalau tubuh masih meronta.

Saya juga jadi menyadari berbagai kekurangan dan kelebihan saya. Misalnya saya masih kesulitan melakukan gerakan arm balances (gerakan yang bertumpu pada tangan dan kakinya melayang) karena pundak dan otot perut saya masih belum kuat. Tetapi saya sudah bisa melakukan gerakan twisting (memutar tubuh) dengan lebih baik. Tidak apa-apa, nikmati saja, kalau sudah semakin kuat pun lama-lama akan bisa.

Waktu saya bilang saya payah melakukan yoga, sahabat saya yang sudah bertahun-tahun melakukan yoga mengingatkan, yoga itu harus fun dan dinikmati. Biarlah kita keras pada diri sendiri di kehidupan sehari-hari, tetapi jangan ketika di atas matras. Hehehe.

photo of woman laying on ground
Belajar yoga juga berarti belajar menerima kekurangan diri dan menghargai potensi (Photo by Natalie on Pexels.com)

5. Meditation in Every Step of The Way

Yoga, juga berbagai jenis olahraga, sebenarnya moving meditation. Menurut, Julie Holland, penulis buku Moody Bitches, bagian otak yang bertugas “berpikir” dan melakukan perencanaan jadi offline ketika kita bergerak. Hal ini disebabkan oleh transient hypofrontality yaitu ketika darah dialihkan dari frontal lobe ke bagian yang lain.

Saya paling merasakannya ketika melakukan yoga karena memang sebelum latihan dimulai selalu ada sesi centering, melakukan meditasi untuk menyelarasakan nafas dengan pikiran juga memantapkan niat untuk latihan. Selama latihan pun pikiran dituntut untuk fokus pada gerakan atau bagian tubuh tertentu supaya bisa berhasil mencapai gerakan yang diinginkan dan mengenali batasan diri. Setelah latihan pun biasanya ditutup dengan gerakan savasana, meditasi sambil berbaring selama beberapa saat.

Sebelum melakukan yoga, saya tidak betah melakukan meditasi, rasanya ingin cepat-cepat selesai. Setelah sering melakukan yoga, saya jadi lebih nyaman bermeditasi dan menyadari nafas.

Plusnya lagi, dibanding olahraga yang sudah saya coba sebelumnya, yoga enggak jingkrak-jingkrak, enggak maceuh kalau kata urang Sunda mah (makanya cocok juga kan buat saya yang awalnya mager hehe). Jadi lebih kerasa efek meditasinya.

woman girl animal dog
Meditasi atau centering sebelum latihan jadi bagian yang krusial bagi saya (Photo by cottonbro on Pexels.com)

6. New Moves, New Neurons

Saya tahu soal ini dari membaca buku Moody Bitches-nya Julie Holland juga dan ini membuat saya semakin bersemangat latihan. Katanya, ketika berolahraga itu memicu sel syaraf untuk membuat cabang dan membentuk koneksi baru, yang sering dikenal neuroplasticity. Jadi secara teknis ketika berolahraga kita juga bertambah “pintar”. Hehehe. I’m moving my body, but I actually also wiring my brain. MasyaAllah. Makanya dalam bukunya beliau menyarankan melakukan olahraga apapun yang kita suka, asalkan berolahraga dan aktif.

Penutup

Yoga sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan bertahan hingga sekarang, tetapi meskipun saya baru mulai ketika saya berusia 30 tahun, saya merasa tidak ada kata terlambat untuk memulai. Setelah memulai yoga, atau mungkin olahraga apapun, saya memiliki hubungan yang lebih positif dengan tubuh saya juga lebih percaya diri.

Apapun bentuk tubuh dan tingkat fleksibilitas tubuhnya, bisa kok mencoba yoga, kecuali memang tidak disarankan oleh dokter.

Yuk, cobain yoga sekarang sudah bisa juga dari rumah karena banyak kelas daring untuk yoga, nonton dari Youtube pun bisa. Apakah teman-teman tertarik?

18 thoughts on “Belajar Yoga Buat Si Mager

  1. Latar belakang mager, saya relate banget saya blog post-nya Teh Laksita. Lalu saya sempat ikut yoga dengan alasan yang kurang lebih sama. Ikut yoga yang agak mlintir-mlintir, keringatan ngoprot, enak siih… tapi nggak enak di ongkos [I cannot afford it :(] Pernah juga nyoba yang ngatur-ngatur napas (aja) tapi sayanya masih kurang sabar nih kalau nggak keringatan. 😀 Spill dong teh, channel youtube yoga buat pemula. Siapa tahu cocok.

    1. Teteh aku liat di IG ada yang online 30ribu per sesi. Di guruku yang pertama 50ribu per sesi. Di sanggarku sekarang juga 30ribu. Kalau buat pemula Yoga With Adrienne sih udah terkenal Teh, atau Yoga With Kassandra juga enakeun. Tapi kalau suka keringetan dan udah pernah yoga mah aku saranin Travis Eliot atau Lauren Ackenstorm, Teh, mantep banget.

      1. 30 ribu per pertemuannnnn… Yang saya ikutin tempo hari, regulernya 100 ribu per sesi. Karena saya temenan sama instruktur yoganya, dikasih diskon jadi 75 cenah. Tapi ternyata ada juga yang 30-an ya per pertemuan. Pantesan berasa berat banget di ongkos nih yoga. Emang yoga sultan meureun nya. Nuhun infonya, Teh Laksita. Saya follow ah saran-sarannya.

        1. Waduuh pantesan boncos atuh Teh, mahal banget 100ribu per sesi mah. Iyaa meureun yaa yoga sultan. Di guru saya 50ribu Teh, follow aja @ruangyogafrym, khusus wanita jadi lebih nyaman. Sama-sama Teteh. Semoga bisa sering latihan yoga lagii

    1. Iyaa enakeun ke badan Teh, trus bisa milih level sesuai kemampuan. Dulu aku yoganya online di @ruangyogafrym khusus wanita jadi lebih nyaman dan gurunya detail banget merhatiin kita.

    1. Iyaa betul Teeeh, tetapi menurutku lebih enak nyobain sesi sama instruktur dulu walaupun online, biar familiar sama pose-pose dan bagaimana melakukannya dengan benar. Kalau udah kebayang nanti bisa eksplor sendiri liat-liat video YouTube.

  2. “Baru bisa berenang dengan benar di usia 29 tahun.” ‘Baru’? ‘Baru’? Lha saya sampai detik ini malah belom bisa sama sekali, Mah Laksita. Ehehehehe. Padahal berenang termasuk salah satu cardio yang banyak benefits-nya ya.
    Laksita termasuk hebat lho, sudah bisa berenang.

    Baru pertama kali saya membaca ada tulisan yang mengulas yoga seseru ini ehehe. Keren tulisannya, Yogi Laksita. 🙂

    1. Hehe alhamdulillah waktu itu ada kesempatannya buat les, Teh, itu juga baru belajar gaya katak . Kalau engga maksain les mah kayanya saya juga belum bisa.

      Aduh jadi malu dipanggil yogi hehe. Alhamdulillah makasih Teh Uril, semoga bermanfaat

  3. aku belum pernah berhasil mengikuti gerakan yoga dengan benar, kayaknya mungkin kurang motivasi ya. eh tapi menurutku yoga itu sulit dan bikin keringat loh, sun salutation 10 kali aja kalau dilakukan dengan benar pasti keringat

  4. tehh aku baru juga nyobain yoga bbrp bulan yg lalu krn ikutan temen aku, ternyata enakkk yaa.. padahal badan aku awalnya tu kaku se kaku kaku nya haha.. bener kata teteh lama2 badannya bisa menyesuaikan ya.. hihi

    1. Sama loh, aku jadi pengen ikutan yoga. Ku kira yoga itu berat banget karena tubuh kita di tekuk-tekuk trus takut keseleo. Tapi kayaknya bisa buat relaksasi juga ya

      1. Iya betul, Mbak Eeng. Soalnya yoga banyak alirannya, banyak juga jenis gerakannya. Tergantung sequence-nya, bisa banget buat relaksasi dan melemaskan otot yang terasa pegal atau kaku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.