Saat liburan akhir tahun 2021 kami memutuskan untuk melakukan perjalanan yang nekat: road trip menggunakan motor untuk menjelajahi Bali. Total jarak yang kami tempuh pulang-pergi mencapai 250 km dan itu dilakukan selama 4 hari 3 malam. Daerah apa saja yang kami kunjungi dan bagaimana pengalamannya, yuk simak di pos ini!
Ada banyak kandidat tempat yang ingin kami kunjungi karena selama 2 minggu di Bali kami hanya bermain di sekitar Denpasar, Canggu, Ubud, dan Bali Selatan. Bali bagian utara dan barat laut belum kami kunjungi karena memang jaraknya jauh dari tempat kami menginap. Momen libur akhir tahun menjadi pilihan kami karena kebetulan Ayah diizinkan cuti dan bisa libur hingga 1 minggu. Sungguh kesempatan langka.
Akhirnya kami memutuskan untuk pergi dengan rute sebagai berikut:
Jatiluwih – Bedugul – Lovina – Kintamani – Denpasar.
Rute ini dipilih dengan pertimbangan titik awal dan akhir perjalanan serta hasil konsultasi dengan teman Kak Kath yang orang asli Bali, karena usut punya usut jalur perjalanannya cukup menantang dan kami harus memastikan keamanannya.
Jatiluwih : Gn. Batukaru dan Jatiluwih Rice Terrace
Saat di Jatiluwih kami menginap di kabin kayu yang kami sewa melalui aplikasi AirBnB seharga 400ribu per malam. Tempatnya sepi dan sejuk, benar-benar seperti di pedesaan karena di sekeliling kami adalah kebun dan hutan. Kami bahkan bisa mendengar suara tonggeret dengan sangat jelas.
Tak jauh dari kabin kami bisa menjangkau area Desa Wisata Jatiluwih dan Jatiluwih Rice Terrace, tempat dimana kami bisa trekking ditemani pemandangan gunung dan sawah terasering.
Menurut saya dan suami, ini lebih bagus dari Ubud hehe. Di daerah Jatiluwih juga ada pemandian air panas. Di sana juga banyak rumah makan dan restoran yang makanannya enak dengan harga relatif terjangkau. Benar-benar cocok untuk healing karena suasananya tenang dan udaranya bersih serta sejuk.
Ditambah lagi tempat ini sulit mendapat sinyal, jadi cocok buat yang mau diet distraksi. Meskipun jadinya agak kesulitan juga menggunakan Gmaps. Ini salah satu tempat yang sangat berkesan karena saya dan suami memang lebih suka tempat yang sejuk dan sepi.
Bedugul: Kebun Raya dan Danau Bentaran
Sehabis dari Jatiluwih kami langsung menuju ke Bedugul. Tujuan utama kami adalah Kebun Raya Bedugul, tetapi di perjalanan kami melewati Danau Bentaran yang pemandangannya bagus, jadi kami memutuskan untuk berhenti dan rehat sejenak di sana.
Setelah istirahat kami langsung melanjutkan perjalanan, tetapi sempat tersasar karena meng-input Kebun Raya Bali di Google Maps yang menunjukkan pintu gerbang lain yang tertutup. Jadi kalau mau tepat masuk lewat gerbang utama, cari Kebun Raya Bedugul di aplikasi Google Maps, ya.
Tiket masuknya cukup murah hanya 20 ribu per orang. Kita juga bisa menitipkan helm dan barang-barang bawaan. Ini sangat penting bagi kami karena kami membawa tas cukup besar yang berisi baju dan peralatan kami bertiga hehe.
Berhubung Ayah memiliki SIM mobil, kami bisa menyewa golf cart untuk berkeliling kebun raya. Biayanya 150 ribu untuk sewa selama 1 jam. Cukup mahal tapi sangat membantu kalau jalan-jalan sama toddler agar tidak cepat capek dan bisa berkeliling sesuai keinginan dan pace kita.
Walaupun hanya satu jam, menurut saya cukup untuk sightseeing keseluruhan area kebun raya yang memang sangat luas. Setelah satu jam berkeliling kita bisa memilih spot untuk santai-santai dan bermain di rumput. Di sana bahkan bisa sewa kompor loh, jadi dari rumah bawa alat dan bahan barbecue saja trus piknik deh. Kita juga bisa reservasi untuk melakukan kegiatan gathering atau pesta.
Di komplek Kebun Raya Bedugul banyak sekali karya seni berupa patung-patung. Aduhai, semua patungnya indah sekali, dengan detail yang mengagumkan. Di titik tengah kebun raya, ada deretan patung yang menggambarkan kisah Ramayana. Saya sebagai penggemar kisah Ramayana dibuat terpukau dan kagum huhu.
Kebun Raya Bedugul memiliki banyak koleksi bunga dan tanaman. Saya sempat berharap bisa melihat padang bunga atau kebun bunga seperti di kota Koln, Jerman atau Alnwick, Inggris, tetapi ternyata tidak ada. Namun saya tetap menikmati suasana dan pemandangan di kebun raya ini kok.
Kami menghabiskan waktu cukup lama di sini, berlarian di lapangan rumput, berfoto-foto, dan bermain gelembung!
Next Destination…
Tujuan selanjutnya dari road trip kami adalah ke Pantai Lovina. Sebelum ke sana tadinya kami mau berkunjung ke Rumah Cokelat, tetapi karena agak gerimis kami kurang memperhatikan jalan dan terlewat sudah. Padahal tempatnya cukup terkenal, dan saya yakin Aiza pasti suka.
Kami akhirnya beristirahat di warung kecil yang ada anjingnya lucunya, namanya Pumi. Aiza senang bertemu Pumi, bahkan ingin Pumi dibawa pulang hahaha. Tak apalah tidak jadi ke Rumah Cokelat, di warung sederhana ini pun Aiza juga senang.
Saat di warung kami konfirmasi lagi jalur perjalanan kami. Ini penting untuk dilakukan karena kalau bergantung pada Gmaps saja, kita pasti diarahkan ke jalur yang paling cepat tetapi belum tentu aman.
Misalnya dari pengalaman kami, perjalanan dari Bedugul ke Lovina tuh lebih aman lewat Gitgit. Namun ada jalur lain yang memang lebih cepat tetapi curam dan rawan kecelakaan. Kami mendengar cerita dari pemilik warung, ada turis asing yang melewati jalur tersebut di malam hari dan mengalami kecelakaan dan baru ditemukan keesokan harinya dalam keadaan meninggal.
Tidak terbayang jalurnya seperti apa, karena jalur Gitgit yang katanya aman saja sangat menyeramkan; jalanannya berkelok, curam, dan banyak tikungan tajam. Ditambah lagi jalanannya basah karena hujan. Alhamdulillah kami selamat tanpa kurang suatu apapun.
Kalau sudah pernah mendengar Lovina, pasti sudah tahu agenda utama kami di sana apa. Yak! Kami mau melihat lumba-lumba.
Bagaimana keseruan kami melihat lumba-lumba di Lovina? Simak di tulisan Road Trip Bali Bersama Balita Bagian 2, ya!
2 thoughts on “Road Trip Bali Bersama Balita (Bagian 1)”