Duh, selama jalan-jalan di Bali, kayanya bagian yang paling cantik tuh di daerah selatan deh. Pasirnya putih, lautnya jernih berwarna hijau. MasyaAllah cantik banget, rasanya pengen langsung nyebur begitu melihat hamparan laut nan indah itu. Ada dua tempat yang kami kunjungi saat pertama kali ke daerah selatan. Begini cerita lengkapnya…
Pantai Pandawa
Dulu pantai ini disebut secret beach karena aksesnya sulit. Tapi sekarang aksesnya sudah lebih mudah, sudah dibuat jalan mulus yang membelah gunung untuk mencapai not-so-secret beach ini. Oh iya, di Pantai Pandawa ini ada patung Pandawa bersaudara di tebingnya, saya sebagai fans cerita Mahabarata dibuat sangat terpukau karena patungnya besaaar.
Untuk masuk ke Pantai Pandawa kita harus membayar tiket, tapi saya lupa tepatnya berapa, pokoknya dua orang dewasa, 1 anak dan 1 sepeda motor dikenakan biaya 18 ribu rupiah saja termasuk biaya parkir.
Kami berangkat pagi sekali dari penginapan, sekitar jam 7 pagi, jadi jam 8 sudah sampai di pantai. Suasananya masih sepi pengunjung tapi para pedagang sudah mulai siap-siap berjualan. Hampir di setiap pantai di Bali yang sudah kami kunjungi itu ada banyak warung/tempat makan berjejer.
Kalau kita beli makan dan minum di sana, kita bisa menitipkan barang dan menggunakan fasilitas kamar mandinya untuk membilas badan. Boleh pilih yang mana saja yang dirasa nyaman karena komoditasnya sepertinya hampir sama, standar warung-warung pinggir pantai; ada minuman dingin, kelapa muda, camilan, dsb. Harganya juga cukup terjangkau, kami minum 2 kelapa muda, sewa kano (50ribu/jam), dan beli camilan hanya perlu merogoh kocek 110 ribu.
Kami puas berenang, bermain pasir, dan menjelajah dengan tenang karena masih sangat sepi. Walaupun agak berombak dan berangin tapi tidak menyurutkan semangat Aiza untuk ikut berenang. Mainan pasir pun teronggok begitu saja haha. Awalnya dia kaget karena airnya sangat asin, tapi lama-lama dia betah.
Aiza juga sesungguhnya masih enggak betah saat kakinya terkena pasir, apalagi saat masih memakai sandal. However, once she\’s in the zone, it\’s hard to tell her to stop. Dia mau diajak berenang lama-lama, menjelajah dan berjalan menyusuri pantai. Di sini kami juga sempat bermain kano tapi hanya sebentar karena Aiza ketakutan dan tidak mau diajak. Lama-lama dia menangis melihat Ayah-Ibu main berdua saja, padahal dia ditemani oleh Tante Kathleen 🥺.
Oh iya, saya sangat menyarankan untuk pergi pagi-pagi yaa. Karena sekitar jam 11 saat kami pulang, bis-bis mulai berdatangan.
Pasar Ikan Kedonganan
Buat para penggemar makanan laut wajib banget menyempatkan pergi ke sini. Ini pertama kalinya saya makan makanan laut dengan cara seperti ini meskipun kayanya ini enggak unik cuma ada di Bali ya. Kaya gimana sih emangnya?
Nah, karena namanya Pasar Ikan, tentu saja kita belanja dulu makanan laut yang mau kita makan di Pasar Ikan Kedonganan. Pilihannya cukup beragam dan pedagangnya juga banyak meskipun areanya tidak terlalu besar. Ada udang, lobster, aneka kerang, kakap, dan ikan-ikan laut lain.
Sebelum masuk ke pasar agar tidak bingung kami menentukan mau makan apa. Kami memutuskan untuk membeli salmon, kerang, dan cumi-cumi. Cumi-cumi dan kerang bisa kami temui dengan mudah harganya juga relatif terjangkau; kerang 40 ribu per kilo (8 ekor), cumi-cumi 33 ribu per 500 gram (3-4 ekor). Sebenarnya saya juga kurang yakin ini termasuk mahal atau murah karena saya jarang sekali belanja bahan mentah apalagi makanan laut, tapi menurut kami sih ini oke harganya.
Kami cukup sulit mendapatkan ikan salmon, ternyata memang 1 kios saja yang menjual salmon dan ikan-ikan laut yang besar seperti tuna dan ikan mahi-mahi. Harga per kilonya sangat mahal, jadi kami hanya membeli 500 gram salmon seharga 126 ribu dan 1 ekor ikan mahi-mahi seharga 44 ribu. Total belanjaan kami adalah sekitar 2,9 kg seharga 243 ribu, ini untuk 3 orang dewasa yaa.
Nah, setelah berbelanja di pasar kita bisa langsung bawa belanjaan kita ke restoran-restoran di sebelah pasar. Saya mengunjungi Warung Garlic, di sana biaya jasa memasak adalah 20 ribu per kilogram jika dibakar dan 35 ribu per kilogram jika digoreng/rebus. Harga ini sudah termasuk bumbu dan sambal, tapi tidak termasuk nasi.
Bumbu dan sambalnya enak, dan semuanya dimasak dengan pas jadi rasa dan teksturnya benar-benar enak, masih juicy dan ada rasa manis-manisnya. Mengingatnya saya sampai ingin menangis saking enaknya haha. Bahkan sampai tidak sempat take a proper photo saking lapar dan tergiurnya.
Di warung ini kami menghabiskan 75 ribu karena menambah nasi dan air mineral. Jadi totalnya kami menghabiskan 318 ribu untuk makan 2,9 kg seafood bertiga. Itupun masih bersisa, dan sebagian besar kami bawa pulang.
Selama kami makan Aiza tertidur, ada untung dan ada ruginya sih sesungguhnya. Untungnya saya bisa fokus makan dengan lahap, sementara Aiza dipangku Ayah. Ruginya, waktu makan Aiza terlewat. Tapi sesungguhnya saya juga tidak yakin Aiza bisa makan. Karena walaupun dia suka makan ikan, bumbunya agak pedas.
Benar saja, saat sudah bangun dan saya coba suapi dia tidak mau. Akhirnya Aiza cuma makan es krim goreng. Ya lumayanlah ada roti dan mengandung susu (?), dan bikin mood Aiza juga membaik walaupun tidur dalam kondisi seadanya. Saya pun berusaha ikhlas, yowis ben, yang penting perutnya terisi. Kalau lagi jalan-jalan memang kadang harus menurunkan standar demi kewarasan bersama, Bund 🙏🏽🙏🏼.
Penutup
Perjalanan kami ke Bali Selatan sungguh berkesan! Demikianlah bagian awal dari jalan jajan kami di Bali Selatan. Mau banget menjelajah ke pantai-pantai lain di bagian selatan, tapi kami harus menunggu karena rencana perjalanan selanjutnya adalah Nusa Penida dan road trip selama 4 hari! Tunggu cerita lengkapnya di pos berikutnya yaa 😉.
3 thoughts on “Jalan Jajan di Bali Selatan”