Cerita dari Nusa Penida

Nusa Penida mungkin tidak asing lagi bagi orang-orang yang hobi traveling. Fotonya banyak berseliweran di Instagram; pasir putih, laut hijau, dan foto dari tebing di pinggir pantai. Sungguh mengundang untuk dikunjungi. However, if you plan to travel with toddlers or kids, you might wanna read this post thoroughly.

Perjalanan ini termasuk jadi salah satu yang berkesan buat saya, tapi berkesan dalam arti yang berbeda. Rasanya kaya ospek, indah dikenang tapi tidak untuk diulang. Oleh karena itu saya mau mengikutsertakan cerita ini untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Februari.

The Tour

Nusa Penida terletak di tenggara Pulau Bali dan merupakan yang terbesar di antara pulau-pulau kecil lainnya, yaitu Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. Kalau browsing atau cari info di Instagram, ada banyak sekali penyedia layanan tur Nusa Penida. Kami memilih satu satu yang cukup terjangkau di Instagram.

Kami korespondensi melalui WhatsApp, kami memilih melakukan day trip kombinasi Barat dan Timur, biayanya 350 ribu per orang. Biaya ini sudah termasuk sewa mobil, tour guide, dan makan siang, tapi Aiza tidak perlu membayar. Oh iya, biasanya juga bisa berbeda tergantung berapa orang yang ikut serta moda transportasi yang digunakan, apakah mobil atau motor. Objek wisata apa saja yang dikunjungi? Berikut ini ulasan singkatnya:

Pantai Raja Lima dan Tree House

Jalan panjang menuju rumah pohon, Aiza minta digendong terus sama Ayah.

Daya tarik utama dari lokasi ini adalah tentu saja pemandangan yang indah dan ada rumah pohon dimana kita bisa mendapatkan angle terbaik untuk berfoto. Sayangnya jalan menuju ke rumah pohonnya sangat jauuuh dan kita harus membayar 50 ribu untuk bisa masuk dan berfoto di rumah pohonnya. Tapi menurut guidenya di sini paling bagus karena bisa dapat pemandangan Pantai Raja Lima dan Diamond Beach sekaligus.

Sebelum sampai ke rumah pohon ada spot-spot foto seperti ini.

Diamond Beach

Diamond Beach dilihat dari atas.

Pantai ini letaknya tidak terlalu jauh dari Pantai Raja Lima, bahkan sebenarnya bisa terlihat dari Pantai Raja Lima. Keindahan yang ditawarkan kurang lebih sama, pasir putih yang dilihat dari tebing karang. Sesungguhnya saya ingin berlama-lama dan turun ke bawah karena jaraknya tidak terlalu jauh, tapi cuacanya terlalu panas untuk bermain dan naik-turun tangga.

Di belakang kami ada tangga menuju ke pantainya, tapi terlalu panas untuk turun jadi berfoto dari atas saja.

Klingking Beach

A failed attempt of making heart shape.

Bentuknya sangat unik dan ikonik. kalau kata Aiza sih bentuknya mirip dinosaurus. Ini sepertinya banyak muncul kalau mencari Nusa Penida di Google. Lokasinya cukup jauh dari tempat parkir dan seperti biasa harus menaiki tangga untuk bisa dapat foto-foto bagus seperti di bawah ini.

Foto yang diambil oleh guide kami dari atas pohon.

Our Thoughts

Sesungguhnya perjalanan ini tidak sesuai dengan ekspektasi kami dan sangat berbeda dengan gaya perjalanan kami. Tur ini lebih seperti sight-seeing dan photo session, cuma bisa sebentar-sebentar saja menikmati pemandangan-pemandangan cantik itu. Namun ini sepenuhnya salah kami karena belum melakukan riset soal medan, durasi, dsb.

Untuk sampai ke semua objek wisata itu jalanannya curam dan berkelok. Jaraknya juga sangat jauh satu sama lain, terlebih lagi cuacanya juga sangat panas. Kami sampai di Pantai Raja Lima itu sekitar pukul 10, tapi panasnya sungguh menyengat.

Perjalanannya sungguh berat dan tidak nyaman. Aiza berkali-kali rewel dan minta untuk pulang. Aiza juga terus-terusan bertanya kapan bisa bikin gunung pasir.

Kesalahan utama kami adalah memilih perjalanan kombinasi karena jarak antar objek wisatanya saja bisa sekitar 50 menitan. Semua drivernya terburu-buru agar bisa sampai jadi mau tidak mau driver kami pun harus mengebut.

Seandainya bisa mengulang, enaknya tuh take things really slow, memilih bermain di 1 objek wisata dan menikmati keindahannya berlama-lama. Selama perjalanan tuh pemandangannya bagus, laut, bukit, pepohonan, gunung, kalau enggak ngebut dan terlalu berkelok pasti enjoyable banget.

Saya merasa ini bukan salah agen perjalanannya, tapi kami merasa seperti di-scam karena selalu diburu-buru selama perjalanan. Driver sekaligus tour gouide kami pun sangat baik dan berdedikasi, helpful, dan sabar sekali mau berhenti saat kami minta, dia juga rela panjat-panjat pohon untuk dapat hasil foto yang bagus.

Tetapi memang mungkin rata-rata turis yang datang itu ingin berburu foto yang bagus dan instagrammable jadinya yaa layanannya seperti itu. Yang terpenting semua objek wisata bisa dikunjungi dan bisa ambil foto sebanyak-banyaknya, makanya buru-buru dan guidenya yang encourage untuk foto begini dan begitu. Sedikit sekali penjelasan yang diberikan tentang tiap objek wisata kecuali kita aktif bertanya dengan detail.

Sebenarnya, agen perjalanannya membebaskan sih kalau kita mau lama di satu objek wisata, tapi memang risikonya tidak bisa mengunjungi semua yang ada di menu turnya. Tapi karena kami clueless jadi ya manut-manut ae.

Lessons Learned

Dari perjalanan liburan rasa ospek ini kami memetik banyak pelajaran, terutama buat sesama orang tua batita:

1. Riset!

Coba cari tahu seperti medan perjalanan yang harus ditempuh, seberapa lama dan seberapa jauh. Bisa juga tentukan area mana yang paling ingin dan paling bisa disambangi bersama keluarga jika memang waktunya terbatas, karena Nusa Penida cukup luas dan sulit untuk dijelajahi semua. Siapkan juga segala hal yang dibutuhkan supaya anak dan orang tua tetap kondusif menikmati perjalanan.

2. Jangan ambisius

Jika waktu yang dimiliki terbatas, batasi tempat yang dikunjungi dan rencanakan mau melakukan apa selama di sana. Perhatikan mood dan antuasisme anak, jangan terlalu memaksakan diri untuk menyelesaikan semua agenda.

3. Siapkan beberapa hari untuk mengunjungi Nusa Penida

Kalau memang mau main lama dan lebih puas eksplorasi, sebaiknya siapkan beberapa hari untuk menginap di Nusa Penida, biar mainnya lebih puas dan tidak terburu-buru. Sayang sekali kalau cuma berkunjung hanya sekedar mengambil foto dari kejauhan.

Namun memang di pantai-pantai hits dan cantik itu agak sulit untuk bermain dengan anak-anak. Selain karena harus berjalan jauh ke bawah–dan tentu saja naik lagi ke atas saat pulang–saya tidak yakin ada fasilitas bilas yang memadai. Ditambah lagi pantainya penuh dengan karang.

Namun, menurut beberapa orang yang saya temui, di area yang banyak penginapan juga bagus dan aman untuk bermain. Di sana juga bisa melalukan aktivitas snorkeling, dan kalau beruntung bisa bertemu lumba-lumba dan ikan mola-mola.

4. Bawa antimo, camilan, dan mainan kesukaan anak

Duh, harusnya ini sangat jelas ya, tapi entah kenapa saya tidak terpikirkan untuk membawa antimo. Dalam pikiran saya, menaiki kapal itu akan aman dan menyenangkan karena bisa melihat laut lepas. Ternyata guncangannya cukup membuat trauma dan tentu saja mual. Jadi, sedia selalu antimo baik untuk anak maupun orang dewasa, untuk di mobil dan di kapal.

Sediakan mainan dan camilan kesukaan anak untuk menjaga moodnya tetap baik dan mengatasi rasa bosan saat di mobil menuju ke objek wisata.

5. Sarapan sebelum naik kapal

Ini juga penting banget, karena di kapal meskipun hanya 20-30 menit, tapi perjalanannya tidak nyaman; banyak orang, kurang oksigen, guncangan kapalnya juga bukan main. Tentu saja sarapan sebelum naik kapal juga sebaiknya dilakukan untuk menghemat waktu, jadi sesampainya di Nusa Penida bisa langsung menuju objek wisata tujuan tanpa perlu mengebut dan terburu-buru.

Final Remarks

Sepanjang perjalanan pulang, melihat Aiza yang kelelahan saya langsung terpikir ingin menuliskan ini, semoga saat Aiza besar dia membacanya:

Aiza, terima kasih sudah menemani Ayah-Ibu, maaf yaa di perjalanan kali ini Aiza banyak tidak nyaman dan kurang seru.

I hope you learn that our family values experience over fancy stuff, and that we\’re willing to go extra miles to gain new experiences. Walaupun terkadang pengalaman itu harus ditukar dengan harga yang mahal; mahal dalam artian uang, waktu, maupun tenaga. Ayah-Ibu minta maaf kalau dalam prosesnya terkadang lalai memerhatikan kenyamanan Aiza.

We are trying our best to do many things as family dan tidak menjadikan Aiza sebagai hambatan. Kami juga ingin Aiza tahu bahwa setelah menjadi orang tua pun bisa berusaha mengejar harapan pribadi dan harapan bersama.

10 thoughts on “Cerita dari Nusa Penida

  1. Ehehehe, kalau sama balita, kemanapun perginya memang cukup riweh ya (ini opini saya secara pribadi), meskipun hanya ke tempat yang jaraknya dekat saja ehehe.

    Nanti kalau Aiza sudah gede, bisa balik ke sini lagi, Teh Ita. 🙂

    Memang ternyata seindah itu ya Nusa Penida. Pantas saja di Instagram jadi lokasi favorit. Ehehehe.

    Btw saya ‘sealiran’ dengan Teh Ita, mengenai tour guide-nya, kurang suka kalau bapak pegawai-nya menyamaratakan semua pengunjung datang hanya demi berburu foto. 🙁

  2. Lumayan juga ya jarak tempuh 50 menit per spot. Kebayang si kecil kasian. Anakku jg gak bisa ninggalin rumah tanpa bawa snack, karena gampang masuk angin kalo lapar nih. Fotonya cantik2 banget teh

  3. Semoga suatu saat bisa kesana lagi dengan keluarga ya Teh. Aku belum pernah ke Nusa Penida, mudah-mudahan Covid cepat pergi bisa ke Bali hehe

  4. kalau aku sih merasa, tour yang mengunjungi beberapa tempat sekaligus ini bagus untuk yang berencana riset dulu dan kemudian kembali lagi ke tempat yg dianggap paling menarik. Atau buat org yg emang cuma pengen foto tapi ga punya banyak waktu eksplorasi.

    makanya kalau liburan bawa anak2, kami nggak pernah ikut paket begini, mending ambil private tour yg mana kita bisa tentukan sendiri tempt mana yg ingin dikunjungi dan realistis nggak borong semua dalam sehari

  5. Wah Nusa Penida. Aku dulu camping di Crystal Bay, itu memorable banget.. Padahal dulu tinggal di Bali tapi baru sekali doang ke sana. Jadi nyesel juga kalo inget belum main ke situ lagi. Di Nusa Penida emang sebaiknya meluangkan waktu lebih lama atau hanya fokus di 1 tempat aja untuk benar-benar menikmati. Semoga next time bisa ke sana lagi ya teh!

  6. Bagus-bagus Mbak pemandangannya,. Tapi sepertinya memang menantang ya medannya hehehe. Tour bersama anak memang sedikit beda ya Mbak. Aku pun seringnya lebih pilih untuk jalan sendiri, jadi gak terikat waktu dan dikejar-kejar jadwal.. Ya walaupun mungkin gak semua tempat (terutama yang instagrammable hehe) jadi bisa dikunjungi. Hebat Aiza yang sudah bisa kooperatif menemani Ayah dan Ibu.. 🙂

    1. Iya, Mbak, masyaAllah… Enakan berdua aja, honeymoon sama Paksu kayanya hahaha. Emang lebih enak gitu ya Mbak, lebih tenang dan nyantai. Alhamdulillah, karena sudah sering diajak jalan dari masih kicik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.