Surat Cinta untuk Bawelita

Untuk memperingati Hari Perempuan Internasional di bulan Maret, aku ingin menuliskan surat untuk perempuan-perempuan hebat yang menjadi inspirasi sekaligus support system-ku sejak tahun 2010. Aku tidak pernah benar-benar mengungkapkan perasaan aku terhadap mereka meskipun mereka adalah salah satu hartaku yang paling berharga dan aku syukuri.

Kami menyebut diri kami Bawelita. Bawelita juga merupakan nama grup percakapan kami di platform WhatsApp dan Line. Hal itu karena kami sering membahas banyak hal bersama-sama, grup selalu ramai dengan percakapan kami–sungguh bawel. Meskipun demikian, setelah lulus kami sempat sibuk dengan kehidupan masing-masing dan grup berganti nama menjadi Sepilita.

Kami berteman sejak sebelum masuk ke Prodi Mikrobiologi karena kami di kelas Tahap Persiapan Bersama (TPB) yang sama, tapi kami benar-benar jadi dekat ketika kami sudah di Prodi Mikrobiologi, entah bagaimana awal mulanya. But until now, we always have each other’s back.

Aku menyebut mereka orang-orang yang inspiratif karena mereka ini perempuan-perempuan hebat yang gigih dan resilien mencapai tujuan masing-masing, walaupun dalam prosesnya banyak jatuh-bangun, serta meneteskan keringat, darah, dan air mata. Hehehe.

Kami semua berjuang di jalan hidup kami masing-masing sambil terus mendukung satu sama lain. Jadi tempat berbagi dan bercerita tanpa takut akan dihakimi atau dijatuhkan atas pilihan-pilihan kami. Selalu mengharapkan dan mendoakan yang terbaik bagi satu sama lain.

Dua orang telah lulus dari pendidikan doktoral di Osaka, dan saat ini sedang berjuang dalam perannya sebagai ibu juga ibu bekerja. Satu orang lagi mendapat gelar doktor di Osaka juga, dan sedang mengarungi bahtera pernikahan yang baru berlayar. Ada lagi yang sedang menata hidup, meninggalkan zona nyaman, pindah ke Jakarta agar bisa selalu bersama suami sambil menavigasi pekerjaannya sebagai peneliti. 

Satu lagi mendapat gelar doktor dari universitas unggul di Swedia dan saat ini tinggal di sana bersama suaminya. Ada pula teman serasa kembaran yang telah menempuh pendidikan pascasarjana di ITB dan Kyoto, yang juga sedang mengeksplorasi fase baru mencari kesempatan karir yang baru. Yang terakhir teman pulang kuliah, sama-sama orang Ujung Berung yang kini sudah menjadi ibu dua anak, dan baru saja memulai karir baru sebagai pendidik. Hidupnya jauh dari keluarga padahal semasa hidupnya diperlakukan seperti putri yang tampak rapuh, tetapi ternyata saat kuat.

Aku bersyukur bisa menjadi bagian dari kalian, bagian dari pertemanan yang menyenangkan. Tidak perlu sering bertemu, menyapa via suara maupun video, tetapi kita sama-sama tahu: we always have each others’ back. I always have a safe place to turn into when I’m the most vulnerable and when I have to face something unimaginable.

Kalian ada sejak masa labil di usia muda, mendengarkan cerita absurd dan juga kisah asmara, dan segala problematika, hingga sekarang ketika aku sudah berubah. You gals are always there, giving helpful insights–but never a boring lesson; giving prayers–the genuine ones; encouragement–but never a toxic positivity. I love you so much. Thank you for being part of my life, part of my adolescent life, and part of my soul because you’ll always have a special place in my heart.

Aku bangga dengan kita semua, dengan semua yang kita raih, mungkin tidak sama persis dengan apa yang kita cita-citakan ketika kita dulu kuliah, tapi tidak apa-apa. Meskipun aku tidak tahu secara detail setiap perjuangan yang kalian lewati, tapi aku tahu kalian melakukan yang terbaik yang kalian bisa hingga bisa di titik ini. Dan aku tahu kita semua sudah bertumbuh dan bertambah dewasa, bertambah bijak. Once again, I’m proud of the women we’ve become.

Hope our friendship will continue to flourish, supporting each other in good times, bad times, and in kindness. Aamiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.