Pelajaran dari 2023

Tahun 2023 kemarin banyak sekali perubahan yang terjadi di hidup dan keluarga kecilku. Selain itu juga ada peristiwa besar di dunia yang enggak boleh luput dari perhatian kita. Namun, di balik semua peristiwa yang terjadi, aku bersyukur di tahun 2023 ini, aku seperti menemukan kebahagiaan dan ketenangan hati yang selama ini aku cari setelah menjadi Ibu. Aku juga bisa melihat lebih jelas beberapa value yang menurutku penting dan ingin aku tanamkan ke Aiza.

Wow, tahun 2023 itu bertepatan dengan 5 tahun sejak melahirkan dan bertransisi, lahir sebagai orang baru. Kalau kalian pernah baca tulisanku sebelumnya; di blog, instastory, post Instagram, buku antologi, aku tuh sering banget cerita bagaimana aku berjuang dan babak belur buat bisa merasa berdaya dan jadi diri sendiri setelah menjadi ibu dan ibu rumah tangga.

After all those years, all those mental breakdowns, Alhamdulillah sekarang Allah sudah tunjukkan dan anugerahkan ketenangan dan keikhlasan hati juga pelajaran berharga.

Eh, bukan berarti aku selalu bahagia dan enggak pernah nangis lagi ya, bukan, bukan itu. Namanya hidup ya ada saatnya capek, sedih, marah. Those feelings are okay and valid.

The Important Moments

 

Memangnya peristiwa apa saja yang terjadi?

Hmm, banyak sih tetapi kalau harus dikerucutkan dan dipilih yang paling monumental adalah konflik yang terjadi di kantor, konflik dengan suami, dan ketika aku berhenti bekerja dan kembali menjadi ibu rumah tangga lagi, lalu tidak lama setelah resign Aiza mulai bersekolah, kemudian aku bertemu sahabat yang sudah lama sekali tidak bertemu dan kami mengobrol cukup banyak. Setelah itu ada peristiwa genosida di Palestina di bulan Oktober yang sayangnya sampai tulisan ini diunggah belum juga berakhir. Huhuhu.

Dari sederetan peristiwa yang terjadi kemarin itu, aku banyak dapat pelajaran berharga.

Ini pendapatku, berdasarkan pengalamanku ya, kamu boleh beda, pendapat ini juga mungkin banget berganti di tahun depan atau bahkan di bulan depan. Anyways, mungkin pelajaranku ini ada yang resonate sama pemikiran dan pengalamanmu sehingga bisa jadi pengingat.

The Important Lessons

 

Those who mind don’t matter, and those who matter don’t mind.

Aku selalu suka kalimat ini walaupun enggak selalu bisa meresapi dan menerapkannya. Tetapi, di tahun kemarin selama konflik dan upside-down di keluarga kecilku, I learnt what really matter for me. Enggak peduli anggapan orang lain apa, tanggung jawabku apa di luar sana; prioritas utamaku saat ini adalah keluarga kecilku, so I have to somehow work around other priorities. Terutama untuk Aiza. Aku punya banyak dunia yang bisa aku kejar dan jalani, mungkin nanti. Tetapi saat ini, aku seluruh dunianya Aiza. Prioritasku saat ini Aiza dan keluarga, itu pilihan yang ingin aku jalani dan sekarang aku nyaman dengan pilihan ini.

Hidup cuma sementara, enggak ada yang dibawa mati.

Ini juga aku paham betul dari dulu, tetapi baru benar-benar meresap saat ini. Saat Allah sudah berikan kemudahan dan keleluasaan rezeki. Keinginan manusia itu enggak ada habisnya, uang juga bisa dicari sampai jungkir balik, tetapi waktu yang kita pakai buat cari uang itu enggak akan kembali. Aku pun jadi lebih resonate sama kalimat:

“Muslim adalah umat pertengahan.”

Enggak terlalu berlebihan tetapi juga enggak kurang. Sesuai porsinya. Mencari nafkah yang cukup, tapi enggak mengorbankan keluarga, mental health, dan kewajiban ibadah. Uang yang dihasilkan pun ya harus bisa diatur untuk ditabung dan digunakan. Jangan boros, tetapi juga jangan terlalu pelit sama diri sendiri. Jangan pelit sama orang lain, tetapi jangan juga enggak punya batasan sehat. Memang apa sih yang mau dibawa, buat apa menumpuk banyak?

Don’t be afraid of change. Don’t be afraid to change your mind and move on.

Kalimat ini aku baca dari buku “Psychology of Money.” Kalimat ini mengena banget karena aku tuh orangnya takut sama perubahan. Selalu anxious ketika tahu akan ada perubahan besar. Makanya sempat merasa kaya main roller coaster juga hidup sama Huud Alam yang bisa head-on menghadapi perubahan dan malah terus cari perubahan. Namun di tahun ini setelah mengalami banyak perubahan situasi aku bisa lebih kalem. Knowing we go through this together aku jadi lebih tenang.

Later on I learn, berani menghadapi perubahan juga adalah salah satu bentuk iman, karena kita percaya Allah selalu menjamin rezeki kita. Rezeki dalam konteks yang luas ya tentunya; uang, kesehatan, well-being, lingkungan yang baik, dsb.

Allah knows best

Setelah mencoba berbagai peran, aku kira aku akan happy jadi working mom, tetapi ternyata tidak membawa perubahan yang signifikan, aku malah lebih bahagia saat mendampingi Aiza yang mulai bersekolah. Saat itulah aku sadar rencana Allah paling baik, Allah tahu yang dibutuhkan makhluk-Nya lebih daripada si mahkluk itu sendiri.

Hidup itu sejatinya cuma perputaran berbagai fase

Di antara fase ini kita wajib tune in dan berusaha mengenal diri sendiri. Mengetahui hal ini aku jadi lebih tenang soal masa depan, meskipun peranku saat ini kembali jadi ibu rumah tangga. I can always start again. I can always find something new, something I love to do once Aiza grow up. Ini juga aku sadari setelah berbincang dengan sahabatku, Reskandi.

Dia empat bersaudara, dan saat ini semua saudaranya sudah “keluar” dari rumah, berumah tangga dan menikah, bahkan 3 dari 4 bersaudara ini tinggal di luar negeri. Sepanjang pengetahuanku, ibunya adalah ibu rumah tangga dan setia menemani suaminya ketika harus merantau di luar negeri. Beliau membesarkan 4 orang anak yang menurut pandanganku sukses: anaknya tumbuh dengan baik, jadi orang baik dan berprestasi. Beliau berhasil membesarkan 4 orang putrinya ini dengan mengambil peran sebagai ibu rumah tangga meski memiliki gelar sarjana dari ITB.

Ketika tugas beliau “membesarkan” anaknya ini bisa dibilang selesai, sahabatku ini sempat bertanya apakah beliau kesepian. Jawaban beliau cukup membuat aku kaget dan tersadar.

Katanya, tentu saja rasanya sepi tetapi beliau tidak kesepian, malah jadi bisa melakukan banyak kegiatan yang beliau sukai. Pergi berdua dengan suami, bertemu teman-teman, ikut pengajian, dan sebagainya.

Dari situ aku sadar, saat Aiza sudah lebih mandiri aku enggak akan jadi cangkang kosong, aku punya identitasku sendiri. Entah waktunya kapan, tetapi akan ada saatnya aku di fase itu dan aku tinggal “menemukan” lagi diriku.

Judgement Day will come

Serangan ke Palestina membuatku sadar kalau dunia itu fana dan akhirat itu kekal adanya. Enggak mungkin kekejian dan ketidakadilan di dunia ini akan terhapus begitu saja. Pasti ada balasannya. Aku semakin yakin soal hal itu. Tidak mungkin genosida ini hanya jadi catatan sejarah. Seluruh pihak yang terlibat pasti akan menerima ganjaran yang sesuai di Hari Akhir.

The Important Values

 

Kalau disimpulkan jadi satu paragraf hikmah yang aku dapat adalah:

Hidup tidak usah terlalu terburu-buru, enjoy the moment. Walaupun hidup ini singkat, enggak perlu diburu-buru kecuali menyegerakan kebaikan karena tidak ada yang dibawa mati. Selain pelan, harus lebih berkesadaran juga dengan apa yang dilakukan dan diucapkan biar setiap momen terasa bermakna. Hidup juga harus berusaha tidak bergantung pada orang lain terutama menggantungkan ekspektasi, validasi, dan apresiasi yang jelas-jelas di luar kontrol kita.

JIka dirangkum dalam 3 kata yang akan aku jadikan mantera untuk mengarungi 2024 adalah:

Slow. Mindful. Moderation

Demikianlah curhat hasil merenung dan lihat catatan kejadian tahun lalu, semoga bisa diambil manfaatnya.

Semoga di tahun 2024 ini aku, kamu, kita semua bisa lebih bijak dan jeli memetik pelajaran dari kejadian yang dialami dan senantiasa berprasangka baik terhadap kehendak Tuhan. Aamiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.