Parasailing di Tanjung Benoa, Berenang di Nusa Dua

Kali kedua kami ke Bali Selatan adalah untuk kegiatan parasailing dan berenang di Nusa Dua yang katanya sangat indah dan pantainya child-friendly karena tidak terlalu berombak. Tadinya mau sekalian ke Uluwatu, tapi waktu dan energi tidak memungkinkan dan lagi-lagi kami diguyur hujan deras.

Tulisan ini sudah tertunda lebih dari satu tahun untuk dipublikasikan. Sesungguhnya ini masih bagian dari serangkaian perjalanan kami selama Ayah Work From Bali di tahun 2021-2022 yang lalu. Namun semoga informasinya masih tetap relevan ya.

Yuk, simak cerita lengkapnya!

Tanjung Benoa

Kawasan Pantai Tanjung Benoa ini sepertinya memang dikhususkan untuk water sport and activities. Pantainya biasa saja dan ramai oleh orang yang mau melakukan aktivitas air seperti banana boat, parasailing, snorkeling, dll.

Ayah sudah pernah mencoba paragliding, makanya sekarang ingin menjajal parasailing mumpung dekat. Kami hanya butuh sekitar 25-30 menit untuk sampai ke Tanjung Benoa. Kami sudah booking sehari sebelum datang ke sana.

I simply Googled “parasailing” and there were many websites that offer various water activities. Saya hanya memilih yang teratas dan melihat daftar harga, ternyata hanya 200ribu per orang, padahal Ayah bilang harganya bisa 300-400ribu. I thought, it’s a bargain!

Langsung deh saya mengirimkan WhatsApp ke nomor yang tertera, dan ternyata sedang diskon jadi 160 ribu saja. Untuk booking slot kami diharuskan transfer deposit sebesar 50 ribu. Setelah bertanya-tanya dan transfer barulah kami mencari-cari ulasan si penyedia jasanya, namanya Siwa Sempurna.

Jeng jeng jeng… Ternyata ulasannya sangat bervariasi. Ada yang suka, ada juga yang sangat tidak suka sampai memberi bintang 1. Haduh, agak degdegan, tapi sudah terlanjur transfer hahaha. Bismillah.

Keesokan harinya kami berangkat ke sana. Tidak terlalu sulit menemukan tempatnya, tapi agak bingung ketika sudah sampai tidak ada petunjuk kantornya dimana dan saya kesulitan menghubungi staf yang mengurus kedatangan kami karena sinyalnya buruk sekali huhu. Akhirnya setelah bertanya, kami saling menemukan (halah), dan kami menyelesaikan urusan administrasi.

Pemandangan saat menuju ke tengah laut untuk parasailing (Dok. probadi)

Di sana ada fasilitas loker dan kamar mandi, ada satu staf yang secara khusus ditunjuk untuk mendampingi kami. Setelah urusan administrasi selesai kami langsung diantar ke staf yang bertugas mengkoordinasi di lapangan. Kami memberikan tiket dan diminta menunggu sebelum diangkut oleh kapal ke tengah laut. Alhamdulillah meskipun cuma Ayah yang bayar, Ibu dan Aiza bisa ikut naik kapal ke tengah laut.

Etapi, ternyata oh ternyata, karena cuma sendiri, kami digabung dengan rombongan lain. Awalnya agak tidak nyaman, tapi ya mau bagaimana lagi, lebih efisien dan hemat kalau digabung. Jadi pasrah saja lah.

Kami cukup menikmati perjalanan ke tengah lautnya, karena airnya tenang, Aiza juga sudah bisa ikut menikmati dan excited naik kapal. Kami bisa melihat laut dan keseruan orang-orang yang melakukan berbagai aktivitas air.

Sampai di tengah laut, kami dipindah ke kapal lain yang memiliki peralatan untuk parasailing-nya. Untungnya, yang rombongan itu naik berdua-berdua, jadi kami tidak perlu menunggu terlalu lama, karena estimasinya 6 menit sekali naik. Tapi kenyataannya tidak sampai 6 menit sih, karena tergantung kecepatan angin. Kata Bapaknya, pokoknya safety first. Ayah menghabiskan waktu sekitar 4 menit sejak mulai naik hingga turun. Namun, menurut beliau waktu yang singkat pun sudah cukup puas melihat pemandangan, dan cukup deg-degan juga.

Potongan dari video saat Ayah parasailing. Cuacanya sedang mendung jadi langitnya kelabu. (Dok. probadi)

Alhamdulillah overall experience-nya baik, stafnya ramah, Aiza juga tampak menikmati selama di kapal dan terkagum-kagum lihat ayahnya terbang pake parasut hehe. Oh, iya sebenarnya saya juga ditawarkan untuk ikut, bahkan seumur Aiza pun sudah boleh naik, karena katanya ini sangat aman. Tapi Aiza belum berani dan saya tidak mau memaksa, saya juga tidak terlalu penasaran, jadi dicukupkan saja, kita coba lagi lain waktu.

Setelah selesai aktivitas, kami sesungguhnya bingung kenapa cukup banyak ulasan buruk, karena stafnya ramah, layanannya baik, meskipun harganya murah, fasilitas dan perlengkapan yang digunakan juga cukup baik. Kami juga tidak dibuat menunggu terlalu lama. Kami menduga mungkin mereka menjual layanan mereka melalui pihak ketiga atau paket tour sehingga banyak miss di berbagai pihak.

Perjalanan kemali ke pantai setelah parasailing. (Dok. probadi)

My final verdict is, Bali Aquatic Watersport atau Siwa Sempurna ini cukup recommended sebagai penyedia jasa aktivitas air, khususnya, berdasarkan pengalaman kami, parasailing.

Pantai Mengiat, Nusa Dua

Sebenarnya tidak banyak yang bisa saya ceritakan soal Pantai Mengiat yang terletak di kawasan Pantai Nusa Dua ini selain, bagus bangeeet haha. Mirip sebenarnya dengan Pantai Pandawa, pasirnya putih, lautnya hijau. Hanya saja di sini tidak banyak warung, dan tempat untuk bilas pun tidak terlalu nyaman karena di area yang sangat terbuka, bukan seperti kamar mandi.

Secuplik foto yang tidak menggambarkan keindahan Pantai Mengiat karena keterbatasan kemampuan fotografi dan kamera. (Dok. probadi)

Pantai ini letaknya tidak jauh dari Tanjung Benoa, mungkin hanya sekitar 12 menit menggunakan motor. Awalnya cukup membingungkan saat mengikuti ke Gmaps ke Nusa Dua, karena kami diarahkan masuk ke kawasan resor. Tapi akhirnya kami mencari jalan lain dan mencari pantai terdekat, maka sampailah kami di Pantai Mengiat ini. Saat kami sampai sudah sangat siang, tapi pantainya sepi, dan didominasi oleh turis asing. Mungkin karena dekat dengan kawasan resor mewah.

Seperti biasa, kami tidak berlama-lama bermain pasir, berfoto-foto hanya sekedarnya, kami langsung bersiap untuk berenang! Tapi ternyata tidak sesuai ekspektasi, airnya cukup bergelombang, dan meskipun airnya berwarna hijau, saat berenang ternyata tidak sejernih bayangan. Mungkin karena air sedang pasang dan berangin. Padahal kami sangat ingin ke Nusa Dua karena katanya hanya bermodalkan kacamata snorkeling di bibir pantai pun bisa melihat pemandangan yang indah.

Bersantai di pantai saat cuaca sedang mendung. Makan camilan sejenak sebelum berenang. (Dok. probadi)

Namun, kami tetap menikmati berenang di sini. Setidaknya sampai hujan deras mengguyur kami. Akhirnya kami pun bergegas membilas badan dan pulang. Lagi-lagi tidak sempat menjelajah area lain, tapi tidak apa-apa yang penting sudah mencoba pergi ke Nusa Dua.

Demikianlah petualangan kami untuk kedua kalinya di Bali bagian selatan.

Di tahun 2022 kami berkesempatan untuk kembali lagi ke Nusa Dua. Kalau sempat nanti aku tuliskan juga pengalaman kami menginap di resor mewah gratis di Nusa Dua, ya!

Tunggu cerita Aiza menginap di Nusa Dua ya, Om dan Tante!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.