Barat ke Timur, Main di Pantai Legian dan Sanur

Selama 2 minggu pertama, kami tidak terlalu banyak menjelajah karena Ayah masih kerja seperti biasa, bahkan sedang sibuk-sibuknya, jadi kami bisa jalan-jalan hanya saat weekend atau pagi-pagi sebelum Ayah mulai kerja. Jadi, tulisan ini sebenarnya kurang representatif juga sih buat menjadi acuan karena tidak meng-cover pantai-pantai di Bali yang banyak, tapi paling tidak bisa jadi pengingat dan ulasan singkat tempat yang kami kunjungi. Semoga tetap bermanfaat ya!

Pantai di Area Denpasar Barat

Kami tinggal di daerah Denpasar Barat, tepatnya daerah Seminyak, dan dari tempat kami tinggal, pantai yang paling dekat adalah Double Six Beach, Pantai Seminyak, Pantai Legian, dan Pantai Kuta. Sebenarnya saya juga suka bingung dimana batas-batasnya ini pantai apa, ini pantai apa, pokoknya ini pantai di sebelah barat, tapi sepertinya yang rutin kami kunjungi ini namanya Pantai Double Six 😂. Oh, saya juga pernah ke Pantai Batu Belig saat mengunjungi teman di daerah Canggu.

Pantai Double Six dan Legian

Kami cukup sering mengunjungi pantai ini, baik sore hari maupun pagi hari. Areanya sangat besar dan cukup ramai, bisa puas berlari-lari dan bermain pasir. Namun, ombaknya cukup besar, oleh karena itu sangat umum dijumpai jasa sewa papan selancar sekaligus instrukturnya.

Main ke pantai di sore hari, masih pakai jaket tapi tidak sabar mau main air.
Taking mental pictures of the sea~

Meskipun pasirnya bukan pasir putih dan airnya juga tidak berwarna hijau kemilau, kami sangat menyukai pantai ini karena menurut kami tetap bisa mendapatkan suasana tenang dan tranquil di antara suara deburan ombak. Aiza juga bisa anteng bermain sendiri, berguling-guling seperti putri duyung terdampar, sehingga kami bisa mengobrol lama sambil merasakan sensasi pasir dan air laut yang menghempas kaki.

Berpegangan tangan sambil merasakan deburan ombak dan pasir

Untuk ke pantai ini tidak perlu membayar, cukup menyediakan 2 ribu saja untuk parkir dan 5 ribu jika menggunakan kamar mandi untuk membilas badan. Di sekitar pantai banyak warung dan kafe yang menyediakan tempat duduk dan juga live music, tapi kami seringnya membeli nasi kuning di pasar lalu makan sambil menggelar kain di pantai. Biar hemaaaat~

Pantai Batu Belig

Untuk mencapai pantai ini, kami melewati daerah Canggu yang lebih padat dan ramai dengan orang bule. Sayangnya saat kami berkunjung, banyak sekali sampah kayu dan sampah-sampah lain yang terdampar di pantai karena sebelumnya hujan sangat deras. Katanya ini memang kerap terjadi setelah hujan, makanya sering ada kegiatan beach cleanup oleh dinas lingkungan hidup dan para relawan.

Bermain di Pantai Batu Belig, tidak bisa mendekat ke air karena tertutup hamparan sampah yang terbawa arus.

Di sini juga banyak kafe dan tempat makan, bahkan ada kafe yang menyetel musik keras-keras. Makanannya juga cukup pricey, mungkin karena ramai dikunjungi bule. Karena banyak sampah di sana kami hanya mengobrol di kafe dan main pasir sebentar, lalu pulang.

Personally I don\’t really like the vibe, pantainya terlalu ramai dan garis pantainya sangat dekat dengan area kafe dan restoran, jadi lebih terkesan sempit, ditambah lagi musiknya keras-keras. Tapi senang bisa merasakan berbagai sensasi main di pantai.

Pantai Kuta

Kami mengunjungi Pantai Kuta justru setelah 1,5 bulan ada di Bali. Saya memaksa suami ke Kuta karena saya bilang masa sudah ke Bali tidak pergi ke Kuta hahaha. Daerahnya masih ramai, padahal daerah lain cenderung agak sepi saat pandemi ini. Kami ke sana untuk menikmati matahari terbenam. Lumayan lah bisa menikmati cantiknya semburat langit senja. Tetapi kami hanya bisa menikmatinya sebentar karena sudah gelap dan keadaannya ramai.

Sunset in Kuta

Pantai Sanur

Saya sungguh penasaran ingin ke Sanur karena katanya pantainya ramah anak, dan biasanya jadi destinasi wisata keluarga. Pas sekali, teman juga merekomendasikan untuk mencoba Massimo Gelato karena enak dan harganya murah, 25 ribu sudah dapat 2 scoop. Maka berangkatlah kami ke daerah Sanur.

Awalnya kami sempat terkecoh, karena kalau mengetik Massimo Gelato di Gmaps akan banyak yang muncul. Ternyata memang ada stand terpisah atau cafe yang memiliki kedai kecil Massimo Gelato hanya saja variannya tidak selengkap yang ada di pusatnya. Pusatnya adalah di Massimo Italian Restaurant.

Begitu sampai antriannya sudah panjang, kami sempat agak panik nih. Duh, worthy enggak yaa, antri lama buat makan gelato doang. Tapi ternyata enggak selama itu kok. Jadi antrian gelato ada di depan, tapi kita bisa menunggu di restoran atau di area taman restoran. Sistemnya kita pesan, dan membayar. Nanti dipanggil untuk memilih varian yang diinginkan.

Ulala~ banyak sekali variannya, dan semuanya menarik. Tetapi harus cermat membaca labelnya yaa karena ada beberapa varian yang mengandung alkohol. Kalau mau yang gluten-free pun ada, pokoknya cermati labelnya saja.

Gelato enak dan murah di Sanur

Saya memesan strawberry sorbet dan coklat hazelnut sedangkan untuk Ayah yang pistachio dan cookies, kami memesan di cup karena gelato cepat meleleh. MasyaAllah enaknyaaaa, terutama yang pistachio, benar-benar terasa rasa kacangnya, yang strawberry sorbet juga rasanya benar-benar segar karena ada rasa asam khas stroberi. Aiza hanya mau makan yang rasa coklat, sepertinya dia kurang suka. Setelah dari Massimo dia mengajak ke minimart untuk beli es krim Walls 🤣, yowis sing murah meriah wae.

Abis makan gelato, kami mencari makan, karena di Massimo ramai kami memutuskan ke tempat lain. Ternyata ada restoran Mexico. Cuss lah langsung ke sana karena udah lama ngidam Mexican Food. Alhamdulillah enak dan staffnya ramah, dan rasanya kayanya otentik karena kaya rasa tapi enggak umami kaya tipikal masakan Indonesia.

Mexican food di Jalapeno Restaurant, Sanur

Sehabis makan barulah kami ke pantai. Ternyata benar pantainya kalem, cocok buat anak-anak bermain. Bahkan banyak yang membiarkan anaknya main sendiri di air sementara orang tuanya mengobrol santai di kafe. Pantainya juga cantik, pasirnya putih dan airnya hijau. Tidak perlu bayar selain parkir 2 ribu.

Aiza main pasir dan asyik seperti putri duyung.

Kami di sini tidak terlalu lama sih, dan tidak ikut berenang, kami bergantian menemani Aiza main pasir dan berguling-guling seperti putri duyung, sementara yang lain menjaga bawaan sambil baca buku. Cukup menenangkan dan menyenangkan. Kekurangannya adalah tempat bilasnya yang kurang memadai, cuma ada sedikit dan kurang bersih.

Giliran Ayah menemani Aiza, Ibu bersantai di pinggir pantai.

Oiya, Sanur ini vibe-nya mirip seperti di salah satu area di Barcelona, jalanannya kecil, banyak ragam restoran dan kafe. Terasa sekali daerah turis.

Penutup

Demikianlah sedikit ulasan pantai di barat dan timur Bali yang sudah kami kunjungi. Cerita selanjutnya adalah perjalanan kami ke Ubud dalam rangka mencari suasana baru selain wisata pantai. Tunggu cerita lengkapnya ya!

One thought on “Barat ke Timur, Main di Pantai Legian dan Sanur

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.