Bangun pagi adalah hal yang paling berat buat saya. Dulu kalau libur sekolah, saya sering sekali shalat subuh menjelang matahari terbit, setelah itu masih lanjut tidur. Ketika kuliah pun demikian, kalau kelasnya siang ya saya bangun siang. Kalau kelas pagi, saya tergopoh berlari masuk kelas agar tidak terlambat. Aktivitas di rumah pun memang cenderung dimulai lebih siang kalau bukan hari sekolah. Kalau diibaratkan mesin, saya tuh lama panasnya.
Selama ini tidak terlalu jadi masalah. Walaupun agak repot sih setiap pagi hampir telat masuk kelas, atau bahkan benar-benar terlambat, heu. Makanya meskipun sering mendengar manfaat bangun pagi baik menurut sains dan agama, tetap tidak terlalu termotivasi. Saya lebih bisa produktif dan semangat menjalankan tugas sekolah dan kuliah di waktu malam.
Awal-awal menikah pun ini tidak terlalu menjadi masalah. Suami tidak banyak protes, hanya kadang menyindir saja. Dulu ketika masih kuliah S2, sering sekali suami pergi ke pusat kebugaran dekat rumah setelah shalat subuh. Saat kembali saya masih tertidur pulas. Sampai akhirnya suami pernah mengeluh, kesepian kalau pagi-pagi beraktivitas sendiri sementara saya masih tidur.
Setelah memiliki anak pola tidur saya ini mulai jadi masalah. Setelah Aiza berusia di atas 1 tahun, menyusui di malam hari sudah lebih jarang. Pola tidur Aiza pun sangat mirip ayahnya, tidur awal bangun awal. Saat mereka bangun dan sudah segar, saya masih mengumpulkan nyawa. Kadang saya masih bandel begadang, namun pagi hari tetap harus bangun dan segera beraktivitas. Hal ini menyebabkan saya jadi cranky dan bad mood.
Sejak saat itulah suami mulai memberi ultimatum–demi kewarasan saya, suami dan Aiza–untuk tidak begadang kalau tiada artinya, sesuai pesan Bang Rhoma. Oleh karena itu saya mulai memaksakan diri jadi morning person.
Awalnya saya sempat defensif dan membela diri:
\”I\’m born this way, Babe. I am engineered to be a night owl. Science says so!\”
Karena memang banyak studi yang membuktikan bahwa ritme sirkadian (siklus tidur) dan pola tidur seseorang dipengaruhi oleh informasi genetika yang dimiliki.
Hal ini juga bisa berpengaruh pada kesehatan mental seseorang, night owl cenderung lebih rentan terkena depresi dan skizofrenia. Untungnya, pendapat yang mengatakan night owl lebih rentan terkena penyakit diabetes tipe 2 dan berbagai penyakit kardiovaskular lain telah dipatahkan. Pendapat yang mengatakan morning person akan lebih sukses dan produktif juga masih diperdebatkan karena hal ini tergantung berapa banyak dan seberapa efektif kita bekerja terlepas dari waktu pengerjaannya. Jadi sebenarnya tidak ada salahnya juga jadi night owl asal bisa tetap menjaga kesehatan mental. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa bangun pagi juga memiliki segudang manfaat.
Jadi, kita pasrah aja nih kalau memang susah bangun pagi?
Ya enggak, dong! Bangun pagi itu kebiasaan yang bisa dibangun, kok. Sudah ada penelitian tentang ini. Tetapi perlu diingat, sama seperti seperti kebiasaan lain, hasilnya tidak bisa instan, butuh proses. Cara yang efektif juga bisa berbeda bagi setiap orang, so keep looking for what\’s best for you.
Tips Agar Bisa Jadi Morning Person Berdasarkan Penelitian:
1. Miliki waktu tidur yang konsisten
Tidur dan bangun di waktu yang sama. Namun sebagai langkah awal jangka memaksakan diri untuk tidur lebih awal, ikuti waktu tidur seperti biasa, tapi bangun pagi. Memang akan melelahkan awalnya, tapi dengan begitu kita akan tidur lebih awal pada malam harinya. Saat sudah bisa tidur lebih awal, usahakan tidur dan bangun di jam yang sama, idealnya 7-8 jam setelah waktu tidur.
2. Berhenti menekan tombol \”snooze\”
Ketika alarm berbunyi, langsung bangun dan duduk meskipun terasa berat. Jangan menekan tombol snooze dan menutup mata kembali karena hal ini akan membuat tubuh kita lelah dan lemas. Saat kita menutup mata setelah mendengar alarm, tubuh kita seperti mempersiapkan diri untuk tidur pulas, namun diinterupsi oleh alarm 5 menit kemudian yang menyebabkan tubuh kita kaget.
3. Buat ruangan menjadi terang
Meskipun di luar masih gelap, nyalakan semua lampu, buat ruangan menjadi terang untuk memberi sinyal pada tubuh agar berhenti memproduksi melatonin–senyawa yang memberi sinyal untuk tidur.
4. Mulai dengan melakukan hal-hal ringan
Start slow. Bangun pagi saja sudah penuh perjuangan, oleh karena itu mulai lah hari dengan menjalankan hal-hal sederhana yang tidak membutuhkan banyak energi atau konsentrasi. Seperti minum kopi atau teh, membaca koran, membereskan piring yang semalam dicuci, atau bermeditasi sejenak sambil menyusui.
5. Jangan cek notifikasi di gawai
Langsung membuka HP dan melihat banyak notifikasi bukan ide yang bagus untuk memulai hari yang tenang dan mindful.
6. Olahraga Ringan
Sudah bukan rahasia bahwa olahraga membuat tubuh kita memproduksi endorfin alias mood booster hormone. Olahraga ringan selama 20 menit dapat meningkatkan mood hingga 12 jam. Selain itu, jika olahraga sebelum sarapan bisa mendapat bonus membakar lemak tambahan karena masih dalam kondisi berpuasa. Kalau bangun pagi dan berolahraga terdengar sangat menakutkan, tidak perlu membayangkan olahraga berat karena jalan kaki ringan saja sudah cukup untuk membuat kita \’bangun\’.
7. Makan sarapan tinggi protein dan rendah karbohidrat
Protein dapat meningkatkan produksi hormon dopamin yang berperan dalam mengatur motivasi seseorang. Memakan banyak protein membuat kita memiliki inisiatif lebih dalam beraktivitas. Makanan yang baik untuk sarapan adalah makanan seperti gandum utuh, telur, kacang-kacangan, sayur dan buah.
8. Jangan tidur siang
Tidur siang akan membuat kita lebih sulit tidur di malam hari sehingga jadwal bangun pagi keesokan harinya akan sulit terwujud.
9. Lakukan hal terpenting di pagi hari
Jika melakukan hal-hal di atas belum berhasil cobalah melakukan sesuatu di urutan teratas to do list untuk memotivasi dan menimbulkan sense of accomplishment. Sehingga ada rasa bangga pada diri sendiri dan motivasi untuk melakukan hal selanjutnya.
Sebenarnya dari daftar panjang ini, belum semuanya saya praktikkan, ada beberapa yang sudah berhasil tapi itu pun belum konsisten. Tak apa, namanya juga berproses. Saya merasa bisa jadi morning person karena terpaksa keadaan, tapi memang merasakan banyak manfaatnya. Alhamdulillah.
Meskipun begitu, semoga tulisan dan rangkuman tips ini bisa berguna bagi yang ingin membangun kebiasaan bangun pagi, atau para calon ibu yang dilahirkan sebagai night owl tapi harus bisa menjadi morning person macam saya. Kita pasti bisa jika berusaha hahaha.
Referensi:
1. Jeff Haden, “How to Turn Yourself Into a Morning Person, Backed by Sceince ,” Inc., https://www.inc.com/jeff-haden/how-to-turn-yourself-into-a-morning-person-backed-by-science.html (diakses 21 Oktober 2020)
2. Ritual, “How to Start Training Yourself to Be a Morning Person,” Ritual, https://ritual.com/articles/how-to-become-a-morning-person (diakses 21 Oktober 2020)
3. Roni Dengler, “What Makes A Morning Person? Scientists Identify New Genetics Behind Early Risers,” Discover Magazine, https://www.discovermagazine.com/health/what-makes-a-morning-person-scientists-identify-new-genetics-behind-early-risers (diakses 21 Oktober 2020)
#Writober2020
#RBMIPJakarta
#Pagi
2 thoughts on ““Morning Person”: Bawaan lahir atau Kebiasaan?”