Sebagai lanjutan dari cerita saya di tulisan sebelumnya, saya merasa, bisa memberi ASI eksklusif itu anugerah dan rejeki. Bahkan mungkin sebuah privilese. Selama hampir tiga tahun menyusui Aiza (iya, sampai saat ini Aiza belum disapih ), ada beberapa hal yang saya pikir penting untuk diingat para ibu dan calon ibu:
- Banyak belajar dan libatkan suami
Hal ini penting karena dukungan suami sangat dibutuhkan. Biar para bapak ini gercep dan sigap, mereka harus tahu apa yang dibutuhkan dari mereka. Plus, kalau mereka paham seluk-beluk menyusui, mereka juga bisa bantu “menjaga” para ibu dari omongan-omongan kerabat atau nyinyiran tetangga. Pokoknya harus kuat, it’s you guys (the parents) against the world. Karena tidak sedikit yang jadi lemah tekadnya untuk menyusui eksklusif karena selentingan orang sekitar, dan suami-istri ini berbeda pendapat soal pentingnya ASI eksklusif dan menyusui. This also leads to the second tips… - Trust the expert, trust your gut, believe in yourself, and ignore everyone else
Easier said than done, I know… Maka di sinilah pentingnya kesepakatan dan kekompakan suami-istri dalam hal berusaha memberi ASI eksklusif. Jadi, misalnya ada yang nyeletuk, “Bayinya kok nangis terus, ASInya sedikit ya, tambah sufor aja, kasihan…” kalian berdua bisa saling menguatkan dan tidak menghiraukan karena sudah tahu ilmu dari pakarnya, atau bilang \Monmaap, bayi nangis bukan karena lapar haus doang yaa pakbapak buibu, ASInya insyaAllah cukup.”
Terus ada lagi yang suka bilang, “Loh ASInya belum keluar ya? Kasihan banget bayinya, yaudah kasih dulu aja sufor daripada dia kelaparan.” Hempaskan saja ya, Ayah-Bunda. Kalau perlu menghindar dari kerabat yang kalian tahu pasti enggak pro-ASI demi ketenangan batin, dan kalau memungkinkan tentunya.
Ada satu lagi nyinyiran yang kerap terlontar (ya Allah banyak banget yak), “Kok ASInya encer sih, enggak akan kenyang tuh bayinya.” Huft…. Sabaaarr… Ingat-ingat kata dokter kalau ASI itu memang ada yang encer (foremilk) dan kental (hindmilk), dua-duanya sama-sama penting!
Intinya mah, kalau sudah tahu ilmunya, kata-kata orang apalagi yang enggak jelas sumbernya, enggak usah didengar. Kalau kalian masih ragu dan menghadapi kendala…. - Seek help!
Minta nomor kontak dokter, bidan, konselor laktasi sejak sebelum melahirkan. Kontak teman SMA yang sekarang jadi dokter juga enggak apa-apa, pokoknya siapapun yang kalian percaya memang bisa membantu kalian saat ada kendala menyusui. Kendala menyusui tuh misalnya yang seperti apa? Rasa sakit saat menyusui, payudara bengkak, berat badan bayi stagnan, frekuensi buang air yang sedikit, dsb. Supaya lebih yakin kalian butuh bantuan profesional atau enggak… - Pakai bantuan aplikasi
Pakai bantuan aplikasi buat merekam frekuensi menyusui bayi, durasi menyusui, frekuensi buang air serta warna dan teksturnya. Hal-hal ini merupakan beberapa parameter kecukupan ASI dan informasi ini penting untuk dimiliki sebagai acuan saat konsultasi. - Bergabung di support group
Ini sebenarnya tergantung preferensi masing-masing, tapi saya pribadi merasa sangat terbantu saat tergabung dalam support group ibu hamil dan menyusui, karena jadi merasa punya teman dan tidak berjuang sendirian, juga jadi tempat bertanya serta berkeluh kesah serta bisa saling menguatkan. Namun harus hati-hati juga memilih support group, kalau isinya orang-orang toksik dan negatif lebih baik tidak usah bergabung. Kalau kurang cocok bercerita di grup berisi banyak orang, curhat sama teman yang sedang atau sudah pernah menyusui juga boleh kok. - Fed is best
Kalau ternyata, sudah berusaha sekuat tenaga, memperbaiki pelekatan, frekuensi menyusui, konsultasi ke konselor laktasi, dan lain sebagainya tetapi bayi masih juga tidak menunjukkan tanda kecukupan ASI, jangan bersedih hati dan stop menyalahkan diri sendiri.
At the end of the day, fed is best. Namun pastikan bahwa keputusan memberi sufor pada bayi kita karena kita tidak berhasil melakukan ikhtiar untuk meningkatkan jumlah ASI dan memang dianjurkan oleh dokter spesialis anak. Fed is best but make sure you make an informed and well-thought decision. - Stop comparing
Comparing won\t do any good both to your baby and your milk supply. Tidak perlu merasa terintimidasi dengan hasil pumping ASI ibu-ibu lain. Kalau cocok direct breastfeeding, tidak perlu membandingkan ke ibu yang kasih ASI pakai botol ke anaknya. Pun, kalau akhirnya harus memberikan sufor ke anak, tidak perlu berkecil hati, it doesn’t make you a bad mum, karena keputusan itu diambil pasti juga dengan mempertimbangkan kebaikan anak. Hugsssss for all mums and mums to be~

Demikianlah tips yang bisa saya bagikan berdasarkan pengalaman saya pribadi, mohon diambil yang baiknya saja yah. Tulisan ini sama sekali tidak ada maksud utuk mum-shaming para ibu yang memberikan susu formula pada anaknya, karena seperti yang saya sebutkan di atas, fed is best dan keputusan tersebut pasti diambil dengan mempertimbangkan kepentingan bayi. Happy World Breastfeeding Week! ❤❤❤
Hebat teh sampai tiga tahun masih kasih ASI. Bisa ngasih ASI memang anugerah… yang sayangnya gak semua orang bisa hehehehe… I’m all for kasih ASI (dan aku juga kasih ASI sama anakku cukup lama) tapi kadang kampanye ASI itu menyudutkan orang yang gak bisa (bukan aku, karena aku bisa waktu itu). Suka sewot sama orang yang berkampanye tapi seakan bilang ibu yang gak bisa itu bukan ibu beneran..
kalau tulisan teteh saya suka. Positif, informatif!
Alhamdulillah Teh, itu juga karena sayanya engga tegaan hatiku lemah. Iya betul Teh, banyak kondisi medis, psikis dan lingkungan yang berpengaruh yaa.
Setuju Teh, kadang kampanyenya galak banget ya hehe. Support group ASI juga kadang vibenya toksik dan engga suportif gitu huhu makanya harus bisa pilih-pilih.
Alhamdulillah kalau positif dan informatif hehe. Makasih sudah berkunjung yaa Teh~