Menyambung tulisan sebelumnya mengenai ujaran-ujaran negatif yang bergema dalam kepala, dalam tulisan kali ini saya mau membagikan buah rasa penasaran saya terhadap inner voice kita. Tentang darimana dan kapan inner voice ini terbentuk serta adakah cara untuk menjinakkan mereka.
Di tulisan sebelumnya saya sudah menyebutkan beberapa hal yang bisa membantu meredam ujaran-ujaran negatif dalam kepala kita. Dalam tulisan ini saya ingin memaparkan sedikit tentang bagaimana menjinakkan inner voice galak ini menjadi lebih lembut dan penyayang terhadap diri kita sendiri.
Disclaimer: Saya tidak memiliki latar belakang psikologi atau seorang ahli di bidang ini, saya hanya tertarik pada topik-topik bertema psikologi positif.
Darimana dan Bagaimana Seseorang Membentuk Inner Voice
Dalam wawancaranya untuk laman PsychAlive, Tamsen Firestone memaparkan bahwa inner voice seseorang dibentuk bersamaan dengan kemampuan pertahanan diri yang berarti dimulai sejak saat masih kecil ketika dihadapkan pada situasi yang membuat stres atau menyakitkan. Inner voice ini hadir untuk mendukung sistem pertahanan diri, oleh karena itu secara alami akan terbentuk seiring dengan perkembangan kita.
Dalam pemaparan beliau ada hal yang cukup menohok saya sebagai seorang ibu. Anak-anak yang mengalami pengabaian atau mengalami abuse baik fisik maupun verbal bisa jadi memiliki inner voice yang lebih “jahat” dan unforgiving. Karena perlakuan yang mereka terima, mereka berusaha membentuk pertahanan diri dengan menjadi lebih independen, namun di sisi lain inner voice mereka mengatakan kalau mereka diabaikan karena mereka terlalu demanding atau needy.
Because at the back of children’s mind, parents are always capable of taking care of them and when the parents fail they will take it as their fault and it’ll feed their critical inner voice. Apapun perbuatan orang tua yang tidak seharusnya dilakukan, mereka menganggap itu karena kesalahan mereka dan mereka pantas mendapatkannya.
Mendengar hal tersebut saya jadi merinding. Kini saya merasa quotes berikut ini lebih powerful dan mengena:
Peggy O’Mara
The way we talk to our children becomes their inner voice.
Critical inner voice ini dapat terbawa hingga dewasa. Kita cenderung “mengulang” kehidupan masa kecil kita dan lupa bahwa setelah dewasa kita memiliki kekuatan dan pilihan.
Video selengkapnya dapat ditonton melalui tautan berikut:
Akibat dari Inner Voice yang Negatif
Critical inner voice adalah musuh yang dapat memengaruhi berbagai aspek dalam hidup kita seperti kepercayaan diri, harga diri, pencapaian di tempat kerja, sekolah, dan bahkan hubungan kita dengan orang lain.
Pikiran-pikiran negatif ini “melemahkan” kita dengan menyepelekan hal-hal positif dalam diri kita serta membuat kita cenderung mengkritik diri sendiri, merasa tidak percaya terhadap diri sendiri atau orang lain, dsb.
Contohnya adalah seperti yang telah saya paparkan dalam tulisan sebelumnya.
Bagaimana Menjinakkan Inner Voice
Suara-suara dalam kepala kita dulunya adalah suara-suara eksternal, terutama dari orang-orang yang kita anggap berpengaruh seperti orang tua, kakak, keluarga, guru. Pada suatu titik dalam suatu kejadian suara-suara tersebut kita internalisasi.
Untuk meredam suara-suara itu, kita perlu “menumpuknya” dengan suara-suara positif, konstruktif, dan suportif yang berasal dari sahabat, orang tua, terapis, atau mungkin penulis buku favorit kita. Paparkan diri kita sesering mungkin pada suara-suara itu hingga menjadi natural response dan inner thoughts.
Kita juga harus mulai “menambahkan” suara-suara suportif yang memisahkan pencapaian dengan cinta sehingga kita terus diingatkan bahwa kita berhak mendapat kasih sayang meskipun mengalami kegagalan. Kasih sayang di sini bukan hanya dari orang lain, yang paling utama tentu dari diri sendiri.
Tips-tips tersebut merupakan intisatiri dari video School of Life di bawah ini:
Penutup
Saya menuliskan semua ini bukan karena saya sudah ahli dan mahir dalam hal mengendalikan emosi dan pikiran negatif. Saya ingin membagikan ini justru karena saya penasaran dan merasa perlu ilmu mengenai hal ini makanya saya mencari tahu.
Semoga bermanfaat juga buat teman-teman semua. Give yourself a hug and a pat on your back for staying and standing strong no matter how hard despite the monster inside you.
Referensi:
Video Tamsen Firestone:
https://www.youtube.com/watch?v=MZ68MQ2W3Bc
Video School of Life – Overcoming Bad Inner Voices:
https://www.youtube.com/watch?v=gGuZVuUBeiQ
PsychAlive. 2014. Critical Inner Voice. Diakses online di https://www.psychalive.org/critical-inner-voice/
Featured Image: Photo by Andrew Neel from Pexels
#Writober2021
#RBMIPJakarta
#IbuProfesionalJakarta
#Suara
Hmmm kayaknya jadi agak paham kenapa bisa ada fenomena orang suka sama sese-idol itu sampe segitunya.. Karena lirik mereka jadi inner voice positif untuk pendengarnya, ya. Semoga kita bisa jadi sumber inner voice yang baik untuk orang sekitar kita jadi mereka nggak usah cari ke mana-mana…