Kudapan Dewangga

Dewangga. Warna merah kekuning-kuningan, mungkin seperti warna jingga tua?
Saya tidak menyangka bahasa Indonesia memiliki kosakata spesifik untuk warna. Saat mengetahui definisi dari dewangga, pikiran pertama yang terbersit adalah jajanan anak SD yang berwarna terang. Makanan yang kabarnya pakai pewarna tekstil rhodamin B 🤣. Pokoknya, makanan yang bisa bikin mamah marah kalau saya ketahuan beli.

Such a guilty pleasure. Harganya murah, rasanya gurih, nikmat dan didominasi oleh rasa MSG. Setelah dewasa, akses untuk mendapatkan kudapan berwarna dewangga ini malah lebih mudah. Apalagi sekarang banyak yang menjual sekaligus dalam jumlah banyak dan branding-nya lebih bagus sehingga terlihat premium dan bisa dibeli di berbagai marketplace.

Gambar di atas adalah salah satu kudapan dewangga favorit saya, jajanan khas Jawa Barat, makaroni cikruh. Sebenarnya ini makaroni biasa tapi tidak digoreng sempurna sehingga masih bantat. Kemudian dibumbui dengan bubuk cabai. Teksturnya keras dan sangat berminyak, pokoknya kriuk kriuk saat dikunyah. Yum!

Ada lagi kudapan dewangga favorit saya, namanya mie lidi. Mienya panjang dan tipis seperti lidi. Ada bumbu asin, pedas, dan ekstra pedas. Semuanya sama-sama lezat dan bikin ketagihan. Makanan ini sudah populer sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Hingga sekarang kudapan ini tetap eksis dan diminati banyak orang.

Memang dasarnya orang Bandung itu senang jajan, jadi bisnis kuliner tidak ada matinya, malah makin berkembang. Kudapan sederhana seperti ini saja bisa tetap bertahan, bahkan semakin populer. Media pemasaran melalui marketplace, Instagram, di warung atau pasar konvensional pun masih mudah ditemui.

Meskipun tahu makanan ini kurang baik untuk kesehatan–terlepas benar atau tidaknya rumor mengenai penggunaan pewarna tekstil–tetap saja jari tidak bisa berhenti meraih kudapan berwarna menawan dan menggugah ini. Kalau cuma sesekali gapapa, kan? Asalkan makannya tidak di hadapan Aiza hahahaha. 😅😆

#Writober2020
#RBMIPJakarta
#Dewangga