Cerita ini ditulis berdasarkan kisah nyata. Nama, alamat dan detail lain dalam cerita ini disamarkan. Adanya kesamaan hanyalah kebetulan belaka yang tidak disengaja.
Di sore hari yang mendung ketika libur hari natal, Raras panik karena Doraemon hilang. Doraemon yang selalu bersamanya; teman bermain bersama, teman bersenda gurau, juga teman bertengkar seperti sahabat pada umumnya. Raras begitu panik, dengan tergesa-gesa dia lapor pada orang tua dan kakak laki-lakinya, \”Mamah, Papah, Aa, Doraemon engga ada! Padahal tadi siang masih main bareng, sudah dicari ke rumah temannya engga ada\” sahut Raras sambil menahan tangis.
Seisi rumah pun panik. Duh, dimana si Doraemon. Sebagai kucing sosialita dia memang gemar bermain ke rumah tetangga dan teman-temannya tanpa ditemani Raras. Sehari-hari, dia punya kesibukan sendiri. Para tetangga pun senang menjamu Doraemon yang ramah dan lucu. Namun, dia selalu bilang tiap kali akan pergi bermain tanpa Raras. Tidak pernah dia pergi tanpa pamit.
Raras mencari ke rumah yang biasa dikunjungi Doraemon, rumah temannya, rumah teman dari si teman Doraemon. Bahkan, Aa hingga membuat pengumuman di mesjid untuk memberitakan hilangnya si Doraemon!
\”Assalamu\’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, diberitahukan kepada seluruh warga Komplek Welas Asih, telah hilang si Doraemon, kerabat dari keluarga Drs. Suryana di kavling 15. Dimohon kepada warga yang melihat, menemukan atau memiliki informasi apapun mengenai keberadaan Doraemon, harapa melapor ke keluarga yang bersangkutan atau ke DKM Masjid Al-Hikmah. Terima kasih. Wassalamu\’alaikum warahmatullahi wabarakatuh\” Demikian bewara yang digaungkan di masjid hingga beberapa kali.
Tetangga pun semua keluar dari rumah saling mendiskusikan dimana kira-kira keberadaan Doraemon. Salah satu tetangga mengaku melihat Doraemon masih bermain sepeda di sekitar RT 4 belum lama ini. Ah, berarti besar kemungkinan Doraemon masih ada di sekitar komplek, karena badan tambunnya membuat dia sulit mengayuh sepeda dengan kecepatan tinggi.
Tapi… Bagaimana kalau Doraemon diculik? Berbagai pikiran buruk mulai memenuhi pikiran Raras, dia pun semakin panik. Tetangga dan semua anggota keluarga terus mencari tanpa henti, ke setiap sudut komplek, bahkan hingga ke area yang jarang dijelajahi Doraemon.
Tiba-tiba, hal mengejutkan pun terjadi. Doraemon keluar dari sebuah rumah membawa sepedanya. Rumah tersebut hanya berjarak 20 langkah dari rumah Raras. Dengan polosnya dia berkata \”Wah, ada acara apa, kok semua orang berkumpul?\” Melihat Doraemon Raras menangis sejadi-jadinya. Tetangga yang melihat pun hanya menggelengkan kepala dan masuk ke rumah masing-masing. Mereka ikut merasa lega sekaligus heran, padahal hanya ke rumah tetangga sebelah tapi membuat kehebohan di seantero komplek.
Raras memarahi Doraemon habis-habisan sambil menangis sesenggukan, Mamah dan Papah bergantian memeluk, Aa tidak banyak berkomentar meskipun dalam hati merasa teramat lega. Ternyata Doraemon sibuk memakan kue-kue perayaan Natal di rumah Bude Tuti. Keluarga kami memang dekat dengan Bude Tuti, dan kami sering bermain di rumah beliau.
Saat melihat Doraemon bermain sepeda sendirian, Bude Tuti mengajak Doraemon masuk untuk menyantap aneka kue yang tersaji di rumahnya, termasuk kue dorayaki favorit Doraemon. Pantas saja dia anteng berlama-lama, tidak menghiraukan sekeliling. Rumah Bude Tuti pun berpagar tinggi sehingga sulit untuk dilihat dari luar. Kami juga tidak berinisiatif mengetuk rumahnya karena khawatir beliau sedang ibadah di gereja untuk merayakan hari Natal.
Doraemon masih sangat kebingungan dengan reaksi semua orang, terutama reaksi Raras yang tidak berhenti menangis dan mengomelinya. Dia sama sekali tidak tahu betapa khawatirnya Raras. Raras takut kehilangan Doraemon yang amat disayanginya. Dia juga tidak tahu Mamah, Papah dan Aa kelelahan berkeliling komplek dan menanyai para tetangga.
Kemudian, Raras terbangun dari tidur siangnya dengan penuh peluh dan sedikit berair mata. Ah, ternyata hanya mimpi. Raras mana mungkin punya Doraemon. Ternyata yang dia mimpikan adalah kronologis kejadian \’hilangnya\’ Lia, adik Raras.
Aaduuuuhh endingnya… T___T