Saya baru pertama kali mendengar senandika. Terdengar sangat indah dan cocok dijadikan nama, begitu pikir saya. Saat membaca definisinya, saya semakin terkejut, ooohh adegan di sinetron saat si tokoh berbicara sendiri itu disebut senandika. Sinetron Indonesia kan memang sudah tersohor dengan senandika yang hiperbolis. Kamera menyorot si tokoh dengan sangat dekat disertai suara latar belakang yang dramatis.
Namun saya sendiri juga rasanya sangat sering bersenandika. Otak saya sering sibuk berbicara sampai saya pesimis bisa bermeditasi karena ketika itu dalam pemahaman saya, saat bermeditasi harus fokus dan mengosongkan pikiran. Duh, mana bisa. Ternyata ada loh orang-orang yang tidak bersenandika atau tidak memiliki inner voice atau internal monologue.
Seorang profesor psikologi, Russel Hurlburt, meneliti pengalaman internal seseorang–pikiran, sensasi, perasaan, emosi. Beliau mencoba mencari tahu tentang pristine inner experience atau pengalaman internal yang masih murni, belum dipengaruhi stimulasi dari luar atau diinterpretasi oleh otak. Peserta studi diminta untuk mendeskripsikan apa yang terjadi dalam pikiran mereka ketika alat yang telah dipasang di tubuh mereka berbunyi. Alat tersebut hanya berbunyi sesekali sehingga peserta penelitian tidak menyadari atau melupakan keberadaannya selama beraktivitas.
Dari penelitian tersebut diketahui bahwa sebagian besar bersenandika, tapi sebagian kecil lainnya tidak mengalami hal tersebut sama sekali. Namun ketika ditanya bagaimana dan apa yang terjadi dalam percakapan tersebut, banyak yang tidak dapat menjelaskannya dalam kalimat atau kata-kata yang spesifik.
Sebenarnya apa sih yang menyebabkan seseorang punya inner voice dan yang lain tidak? Mark Scott, seorang peneliti di Universitas British Columbia, menemukan bahwa ada sinyal otak yang disebut “corollary discharge” yang membantu kita membedakan antara pengalaman sensori yang kita ciptakan sendiri atau dari stimulus eksternal. Nah, sinyal inilah yang berperan besar dalam senandika seseorang.
Ada teori yang menyebutkan, seseorang tidak memiliki inner voice karena sinyal tersebut tidak bisa diaktivasi tanpa adanya gerakan motorik saat kita berbicara. Ada juga teori yang menyebutkan sebenarnya setiap orang memiliki inner voice tetapi tidak menyadarinya karena tidak mampu membayangkan proses yang berpikirnya sendiri. Mungkin juga sebenarnya default setting otak kita adalah tidak memiliki inner voice.
Lalu orang-orang yang tidak memiliki senandika ini akan mengalami sensasi apa saat berpikir?
Manifestasinya bisa bermacam-macam pada setiap orang. Mereka bisa membayangkan sesuatu dalam bentuk visual, bunyi, emosi dan tulisan. Misalnya, saat mendengar kata ‘kucing’ yang ada dalam pikirannya bukanlah dirinya berkata ‘kucing’ melainkan huruf k, u, c, i, n, dan g dituliskan pada kertas, membayangkan wujud kucing, atau mendengar suara kucing.
Jadi kesimpulannya, seseorang yang tidak memiliki senandika tidak berarti pikirannya selalu kosong. Mereka hanya memproses informasi dan pengalaman internal mereka dengan berbeda. Spektrumnya pun sangat luas, Profesor Hurlburt berkata, ketika seseorang bilang mereka tidak memiliki inner voice, mungkin mereka hanya tidak dapat mendeskripsikan apa yang dialami dalam pikiran mereka.
Memiliki atau tidak memiliki inner voice ada keuntungan dan kelebihannya masing-masing. Bagi saya, memiliki senandika berarti lebih mudah mengartikulasikan pikiran dalam bentuk yang bisa dibagikan pada orang lain, diceritakan langsung atau ditulis. Namun kekurangannya, senandika ini tidak selalu baik, ada kalanya muncul percakapan yang menjatuhkan mental diri sendiri atau membuat-buat skenario menakutkan yang mencegah untuk melakukan sesuatu. Sebaliknya, bagi yang tidak memiliki senandika, mereka mungkin tidak perlu bertarung dengan inner voice jahat yang menjatuhkan diri sendiri, tapi mereka juga akan kesulitan menceritakan proses berpikir dan pengalaman internal mereka.
Referensi
1. Bradley N Jack, “Most of us have an inner voice, but if you\’re part of the minority who doesn\’t, this could be why,” ABC News, https://amp.abc.net.au/article/11931410 (diakses 24 Oktober 2020)
2. Madison Epting, “Some People Don’t Have An Inner Monologue And I Am One Of Them,” Medium, https://medium.com/datadriveninvestor/some-people-dont-have-an-inner-monologue-and-i-am-one-of-them-1c47a0e8b48a (diakses 24 Oktober 2020)
3. Nathan Chandler, “Do You Have an Inner Voice? Not Everyone Does,” How Stuff Works https://science.howstuffworks.com/life/inside-the-mind/human-brain/inner-voice.htm (diakses 24 Oktober 2020)
#Writober2020
#RBMIPJakarta
#Senandika
One thought on “Hidup Tanpa Senandika”